Tim Prabowo Soroti Harga Pangan RI Lebih Mahal 3 Kali Lipat dari Dunia

15 Februari 2019 17:37 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyapa buruh saat menghadiri acara Hari Ulang Tahun (HUT) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) ke-20. Foto: ANTARA FOTO/Putra Haryo Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyapa buruh saat menghadiri acara Hari Ulang Tahun (HUT) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) ke-20. Foto: ANTARA FOTO/Putra Haryo Kurniawan
ADVERTISEMENT
Tim Prabowo-Sandi Aria Sulhan Witoelar menyoroti soal mahalnya harga pangan di Indonesia. Menurutnya, harga pangan saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga pangan dunia.
ADVERTISEMENT
Bahkan Aria menyebut, kenaikan harga pangan di Indonesia sudah sangat tak wajar. Menurutnya, harga pangan seperti beras, gula, daging, dan telur lebih tinggi hingga tiga kali lipatnya dari harga pangan dunia.
"Swasembada pangan belum terwujud, harga pangan naik, gula, beras, daging, telur, dan sebagainya. Bahkan kenaikannya tidak wajar. Misalnya tahun lalu, harga rata-rata gula bisa capai tiga kali rata-rata harga dunia," ujar Aria di acara Pidato Kebangsaan Prabowo di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/2).
Ilustrasi pedagang sayur. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Menurut dia, ketika harga tinggi seharusnya produsen senang. Namun nyatanya, petani justru semakin terpuruk lantaran tak dapat menikmati hasil dari tingginya harga pangan tersebut.
"Saat harga bebani konsumen, harusnya produsen senang. Tapi tidak demikian di sini, harga petani hancur," katanya.
ADVERTISEMENT
Dia pun mencontohkan, beberapa petani bahkan kecewa dan membuang hasil panennya.
"Petani buah naga Banyuwangi buang hasil panen, petani kentang juga, cabai, dan sebagainya. Harga jual telur sering di bawah harga produksi telur," kata dia.
Menurut Aria, salah satu faktor yang menyebabkan petani di Indonesia terpuruk adalah impor yang melimpah. Namun hal ini justru berbanding terbalik dengan kelaparan yang terus terjadi di Indonesia.
"Kenapa petani di Indonesia susah? Karena tak ada kepastian harga dan impor melimpah. Beras, bawang putih, garam, dan bawang merah, diimpor dalam ratusan ribu, bahkan jutaan ton. Tapi impor melimpah, ada yang dibuang, tapi kelaparan justru naik," tambahnya.