Tips Keuangan: Yang Harus Dilakukan Jika Indonesia Resesi

9 Agustus 2020 9:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang dan pembeli bertransaksi pakaian di Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta, Selasa (30/6).  Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang dan pembeli bertransaksi pakaian di Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta, Selasa (30/6). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berkontraksi hingga 5,32 persen di kuartal II 2020 akibat virus corona. Dengan masih berlangsungnya pandemi COVID-19 itu, pertumbuhan ekonomi di kuartal III juga diprediksi bakal negatif.
ADVERTISEMENT
Berbagai pihak, mulai dari pengamat hingga pengusaha, sudah menyatakan bahwa resesi ekonomi sulit untuk dihindari. Pemerintah berupaya mengantisipasi dengan berbagai kebijakan, termasuk mengencangkan jaring pengaman sosial.
Infografik dalam Bayang-Bayang Resesi. Foto: Hod Susanto/kumparan
Lantas apa yang harus Anda lakukan jika resesi terjadi?
Direktur Core Indonesia, Piter Abdullah, mewanti-wanti agar masyarakat tidak perlu panik. Terlebih lagi jika kepanikan itu kemudian menimbulkan langkah keliru, seperti upaya menarik uang dari bank.
Piter mengingatkan hal itu lantaran pada saat BPS baru saja merilis data pertumbuhan ekonomi, sudah beredar pesan berantai berisi ajakan menarik uang dari bank. Merosotnya perekonomian disebut-sebut menyebabkan bank mengalami persoalan likuiditas.
"Tidak perlu panik, resesi sudah menjadi sebuah kenormalan baru di tengah wabah. Pesan hoaks itu (menarik uang), berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan juga perekonomian nasional," ujar Piter kepada kumparan, Minggu (9/8).
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, ia tetap menyarankan agar masyarakat menekan pengeluaran dan memaksimalkan simpanan untuk dana darurat. Dengan masih belum adanya kepastian kapan pandemi akan berakhir, langkah tersebut perlu dilakukan untuk segala kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
"Manfaatkan penghasilan saat ini secara bijak, hindari pemborosan, siapkan tabungan. Belum bisa dipastikan kapan wabah berakhir, sehingga akan ada ancaman resesi yang menyebabkan gelombang PHK," ujarnya.
Mengenai dana darurat, Perencana Keuangan Advisor Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, berbagi soal tips keuangan. Ia menyarankan persentasenya diperbanyak. Apabila sebelumnya porsi dana darurat antara 5 sampai 10 persen, maka tidak ada salahnya dianggarkan hingga 40 persen dari gaji.
"Dana darurat 40 persen, tabungan 30 persen, kebutuhan 30 persen. Dana darurat sengaja lebih banyak selama ekonomi belum membaik," jelas Andy.
ADVERTISEMENT