Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
TKN Prabowo-Gibran Soal Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 8 Persen: Itu Simulasi
20 Agustus 2024 9:43 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam beberapa kesempatan mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan mencapai 8 persen.
ADVERTISEMENT
“Angka 8 persen itu bukan target. Itu simulasi, apa saja yang diperlukan jika ingin pertumbuhan sangat tinggi. Target resminya adalah 6-7 persen,” kata Drajad pada kumparan, dikutip Rabu (20/8),
Sebagai informasi, sebelumnya asumsi makro untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 berada di angka 5,2 persen.
Dalam catatan kumparan, Menteri Keuangan bahkan sempat menyebut pertumbuhan ekonomi secara global hanya tumbuh 3,1 persen pada tahun ini. Hal ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi global 10 tahun lalu yang ada di kisaran 4 persen.
ADVERTISEMENT
Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini dipicu dengan beberapa faktor seperti konflik peperangan di beberapa negara, tingkat inflasi yang tinggi, hingga suku bunga yang relatif tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Merespons hal tersebut, Drajad menyebut pemerintahan baru di bawah presiden terpilih Prabowo telah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang menjadi masalah.
“Tentang perlambatan ekonomi Indonesia dan dunia, hal ini sebenarnya sudah diperkirakan sebelumnya. Para ekonom dunia cenderung sepakat soal ini. Ketika visi misi Prabowo-Gibran disusun, kami juga sudah mengantisipasi perlambatan ini,” lanjutnya.
Ia juga menyebutkan beberapa strategi yang akan dijalankan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah stimulus dari APBN yang digunakan untuk menjaga konsumsi rumah tangga.
“Pertama, stimulus Keynesian dari APBN. Itu diwujudkan antara lain melalui program-program yang langsung dirasakan masyarakat, dan sekaligus menjaga konsumsi rumah tangga. Selain itu, stimulus itu juga dipakai untuk membiayai program2 pro-bisnis antara lain melalui kebijakan pengadaan pemerintah, program2 insentif ekspor dan seterusnya,” terang Drajad.
ADVERTISEMENT
Mengutip investopedia, ekonomi Keynesian menyarankan pemerintah perlu terlibat aktif dalam perekonomian, bukan hanya membiarkan pasar berjalan sendiri.
Hal ini sebagai salah satu cara untuk mencegah atau mengurangi kemerosotan ekonomi adalah dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah, terutama saat ekonomi sedang lesu.
Selain itu, stimulus yang diberikan juga diharap dapat menciptakan ekosistem agar konsumsi rumah tangga khususnya belanja kelas menengah dapat stabil dan tumbuh. Hal ini karena menurutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada daya beli masyarakat.
Selain itu, ia juga menerangkan bahwa pemerintahan baru akan memangkas belanja K/L yang tidak produktif.
“Deregulasi memangkas berbagai peraturan K/L yang kontra produktif terhadap iklim berusaha dan investasi. Jika dilakukan dengan tepat sasaran dan tepat waktu, deregulasi ini bisa menambah pertumbuhan minimal 0.5% jika dibandingkan tanpa deregulasi,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT