Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Toko Buku Kwitang Kebanjiran Pesanan Pascagempa di Lombok dan Palu
7 Oktober 2018 18:45 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Gempa bumi di Palu dan Lombok beberapa bulan lalu menyisakan banyak duka bagi Indonesia. Selain banyak bangunan dan fasilitas umum yang hancur, korban tewas pun terus bertambah.
ADVERTISEMENT
Berbagai bantuan berdatangan untuk meringankan beban korban jiwa yang selamat, termasuk anak-anak kecil. Salah satu bentuk pemulihan kepada anak-anak dengan memberikan buku bacaan dan buku menggambar yang diberikan oleh penyumbang.
Sumbangan buku bagi anak-anak ini tidak melulu buku bekas. Banyak pengumpul dana sumbangan membeli dari toko buku dalam jumlah yang banyak dan mendatangkan untung untuk bagi penjual.
Salah satu yang mendapat berkah dari pembeli buku untuk sumbangan dalam jumlah besar ini adalah Asril. Penjual buku di Kwitang, Jakarta Pusat ini mengaku mendapat untung yang tidak sedikit dari pembeli buku untuk sumbangan bencana alam dalam partai besar.
Untuk gempa di Palu misalnya, belum lama ini dia menerima orderan pembelian buku menggambar dan bacaan anak-anak 1.000 eksemplar. Satu eksemplar harganya Rp 5.000 dengan keuntungan Rp 1.000.
ADVERTISEMENT
“Kalau dia pesan 1.000 buku, per bukunya saya dapat Rp 1.000, udah ketahuan untungnya Rp 1 jutaan. Alhamdulillah berkah,” kata Asril saat ditemui kumparan di depan lapak bukunya di emperan salah satu toko di Kwitang, Jakarta, Minggu (7/10).
Sebelumnya, saat gempa Lombok melanda, lapak Asril juga didatangi pembeli yang membeli dalam jumlah banyak. Lagi-lagi untuk dikirim ke korban pengungsian.
“Mereka butuh buku. Enggak cuma buka gambar dan cerita anak-anak. Buku-buku pelajaran juga. Tapi kebanyakan buku cerita buat hiburan dan hilangin trauma,” lanjutnya.
Di lapak Asril tampak beberapa buku cerita anak-anak. Dia mengaku tidak banyak stok di tempatnya. Tapi kalau ada pesanan, dia mengaku akan menghubungi agen percetakan yang memang sudah produksi banyak.
ADVERTISEMENT
Asril sendiri merupakan penjual lama di Kwitang. Dia tetap memilih menjual di emperan di saat penjual lain membuka toko di dalam ruko setelah ada penggusuran oleh Pemda DKI. Alasannya sederhana, dia tidak mampu menyewa harga toko yang per bulannya dipatok Rp 1 juta.
Dengan berjualan di emperan, Asri mengaku pendapatannya memang tidak menentu. Risikonya pun mulai dari kehujanan hingga keanginan yang membuat bukunya terbang-terbang ke trotoar. Meski begitu, dia tetap bersyukur sebab selalu ada pembeli yang mampir.
“Enggak menentu tapi di sini kan sudah terkenal dari mana-mana. Kadang mereka cari buku yang enggak ada di toko buku. Kalau lagi ramai dan borongan ya bisa lebih dari Rp 500 per hari dapatnya,” tutur Asril.
ADVERTISEMENT