Toko di Singapura Ini Tebar Diskon Produk Murah Demi Kurangi Limbah

10 Oktober 2023 10:37 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makanan di MoNo, toko di Singapura yang bergerak di bidang sosial (social enterprise). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Makanan di MoNo, toko di Singapura yang bergerak di bidang sosial (social enterprise). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
Toko bergerak di bidang sosial (social enterprise) asal Singapura bernama MoNo menjual produk dengan harga murah untuk mengurangi limbah. Berbagai macam produk yang dijual, mulai dari susu, cokelat hingga jus.
ADVERTISEMENT
MoNo didanai oleh Badan Lingkungan Hidup Nasional (National Environmental Agency/NEA) dan Dewan Pemuda Nasional (National Youth Council/NYC) Singapura. Perusahaan sosial ini didirikan untuk mengubah pola pikir konsumen soal aman untuk mengkonsumsi makanan yang melewati tanggal kadaluwarsa.
Adapun harga yang dijual tergantung masa kadaluwarsa produk dan diberi warna label. Misalnya pada produk di kisaran SGD 2-5 di ritel, maka harga produk di MoNo turun menjadi SGD 1-3 dan diberi label warna merah.
Perbedaan harga signifikan terlihat pada produk ritel pada SGD 30,5-45,5, harga produk di MoNo dibanderol SGD 9-10 dan diberi label warna emas. Salah satu makanan yang dijual dengan harga SGD 9-10 adalah cokelat.
"Penjualannya tergantung, kadang naik kadang turun. Biasanya akhir tahun lebih tinggi karena banyak kegiatan seperti Natal," kata Founder Mono Leonard Shee di MoNo, Chinatown, Singapura, Senin (9/10).
Konsumen membeli oat milk di toko MoNo di Chinatown Singapura bernama Hai Xiang. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Produk di MoNo juga berasal dari negara luar seperti Vietnam. MoNo tidak membeli produk untuk persediaan, namun dari berbagai pemasok.
ADVERTISEMENT
Salah satu konsumen bernama Hai Xiang membeli oat milk setiap bulan di MoNo untuk keluarganya. Selain harganya yang murah, ia membeli sebagai upaya untuk mengurangi limbah makanan.
"Limbah makanan itu masalah yang serius. Orang-orang seringkali membuang makanan, swalayan begitu juga," tutur Xiang.
Menurut Xiang, rata-rata orang Singapura masih belum menganggap isu limbah makanan adalah hal yang serius. Masih sedikit NGO dan startup yang fokus pada isu limbah.