news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tokopedia Pungut Biaya Rp 1.000 per Transaksi, Konsumen Tak Masalah

7 Agustus 2022 19:29 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Tokopedia di Tokopedia Care cabang Puri Kembangan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Foto: Astrid Rahadiani Putri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Logo Tokopedia di Tokopedia Care cabang Puri Kembangan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Foto: Astrid Rahadiani Putri/kumparan
ADVERTISEMENT
Tokopedia memungut biaya aplikasi Rp 1.000 untuk setiap transaksi yang sudah dimulai pada Rabu (3/8). Kebijakan itu berlaku untuk setiap transaksi produk barang fisik baik melalui situs maupun aplikasi Tokopedia.
ADVERTISEMENT
Biaya layanan itu dikenakan untuk setiap transaksi yang menggunakan metode pembayaran instan. Menanggapi hal tersebut, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi tidak mempermasalahkan kebijakan yang diambil Tokopedia.
Tulus merasa kalau ada konsumen yang merasa keberatan bisa beralih ke platform lain. Sebab, kata Tulus, konsumen mempunyai hak untuk memilih.
"Ini soal hubungan keperdataan dan barang bebas. Jika konsumen tak setuju dan merasa kemahalan atau keberatan, konsumen bisa menggunakan opsi platform digital lain. Banyak pilihan. Konsumen punya hak pilih," kata Tulus saat dihubungi, Minggu (7/8)
Ketua YLKI, Tulus Abadi Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Sementara itu, Pengamat teknologi Heru Sutadi mengatakan penerapan pungutan biaya tersebut untuk mengurangi bakar uang. Proses transaksi e-commerce ini sebenarnya mengeluarkan biaya, baik untuk penggunaan aplikasi atau website maupun untuk administrasi.
ADVERTISEMENT
"Bagi pembeli mungkin jika partai kecil atau sesekali transaksi mungkin tidak berpengaruh, tapi bagi yang sering transaksi akan pengaruh," ujar Heru kepada kumparan, Minggu (8/7).
Penjual di Tokopedia justru terdampak apabila dikenakan biaya tambahan juga. Menurut Executive Director Indonesia ICT Institute ini, seharusnya mitra tidak dikenakan karena mereka berbagi pendapatan dengan aplikasi.
Apalagi dengan jumlah transaksi yang banyak, maka jumlah biaya transaksi juga akan besar. Sedangkan biaya transaksi termasuk keuntungan.
"Rp 1.000 sih memang tidak besar. Tapi kalau ada aplikasi lain yang menawarkan diskon, free ongkir dan tanpa kenaikan biaya, dengan harga sama, maka orang akan beralih ke aplikasi atau e-commerce lain," kata Heru.
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda mencermati platform fee sudah diterapkan di platform ekonomi digital lainnya seperti ride-hailing. Strategi ini juga menunjukkan Tokopedia untuk bisa segera menghasilkan keuntungan.
ADVERTISEMENT
"Terlebih Tokopedia sekarang termasuk perusahaan publik bersama Gojek yang sudah disunahkan mampu memperoleh keuntungan. Selama tidak memberatkan konsumen dan sifatnya tetap Rp 1.000 per transaksi masih oke," terang Huda.
Huda melanjutkan, platform e-commerce lainnya juga akan melakukan hal yang serupa karena saat ini strategi sudah mulai mengarah bagaimana mendapatkan keuntungan.
"Platform digital kita pasti akan beralih ke strategi gain profit sih. Kemarin Bukalapak dengan strategi mitra offline. Tokopedia menggunakan strategi ini bisa menjadi salah satu alternatif meningkatkan pendapatan, walaupun akan bersaing promo juga dengan Shopee sih," sambungnya.
Lebih lanjut, Huda merasa kemungkinan konsumen pindah dari Tokopedia tentunya ada, bergantung elastisitas barangnya. Semakin tinggi harga produk maka semakin inelastis, yaitu tidak terpengaruh oleh platform fee.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, bagi barang dengan harga relatif rendah, maka semakin elastis atau semakin bisa pindah ke platform lainnya. Selain itu, platform fee juga harus digunakan untuk meningkatkan mutu layanan.