Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Tom Lembong Sebut E-commerce Penyelamat Iklim Investasi di RI
26 Februari 2019 21:03 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
E-commerce menjadi salah satu sektor yang menjanjikan bagi Indonesia. Pasalnya, e-commerce mampu memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat utamanya dalam perekonomian.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Trikasih Lembong mengatakan e-commerce, termasuk ke dalam ekonomi digital mampu menjadi pendorong penanaman modal asing (PMA) dan penyelamat perekonomian Indonesia.
“Arus modal yang masuk ke ekonomi digital itu adalah satu dari dua sektor yang menyelamatkan investasi internasional naik. Pertama, adalah e-commerce kedua adalah smelter atau pabrik pengolahan dan pemurnian logam,” katanya di kantor Kemkominfo, Jakarta Pusat, Selasa (26/2).
Pria yang akrab disapa Tom Lembong ini tak memungkiri perkembangan pesat e-commerce belakangan ini. Ia mengapresiasi kreativitas dan kerja keras insan-insan muda yang menjadikan e-commerce menjadi begitu masif.
“Saya tentunya terima kasih atas tren ini. Karena kalau bukan karena invest dan arus modal deras yang masuk ke dalam unicorn dan juga ekonomi digital, investasi global itu malah turun loh,” klaimnya.
ADVERTISEMENT
Perkembangan e-commerce yang menjadi startup unicorn itu, menurut Lembong, layaknya sebuah fenomena gunung es.
“Meski mereka (unicorn) yang paling terkenal dan keliatan, bawahnya ada perusahaan lain yang juga signifikan, mungkin ratusan miliar, tapi belum sampai USD 1 miliar,” ujarnya.
Ke depan, kata Tom Lembong, perkembangan unicorn-unicorn baru juga masih begitu terbuka. Apalagi, e-commerce kehadirannya mampu menjadi solusi di tengah masyarakat yang menjadikannya tumbuh kian subur.
“Nah (namun) saya ini selalu mengingatkan, kita harus melihat, tak hanya kuantitas investasi, tapi juga kualitas investasi. Kita kejar target, kita harapkan nilai besar. Tapi juga berkualitas tinggi,” tandasnya.
Benarkah Investor Asing Mudah Bawa Kabur Uang dari Unicorn?
Melejitnya istilah unicorn atau startup yang memiliki total valuasi lebih dari USD 1 miliar turut mencuatkan tanda tanya. Salah satunya, seberapa gampang investor asing bakal membawa kabur uang investasi dari unicorn di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Pasalnya, tak dipungkiri investasi besar yang menjadi motor bagi unicorn di Indonesia juga tak luput dari suntikan modal asing. Tak elak, banyak kekhawatiran yang kemudian beredar jika perkembangan unicorn ke depan bakal merugikan perekonomian RI.
Tom Lembong menepis hal itu. Ia mengatakan, investasi di bidang startup atau dalam hal ini ketika menjadi unicorn tidaklah mudah. Singkatnya, tak bisa masuk dan keluar secara kilat.
“Saya tekankan modal yang ditanamkan (unicorn) beda sekali deposito perbankan. Itu kan istilahnya kapan saja bisa ditarik. Investor economi digital, sekali masuk enggak bisa (tidak gampang) keluar,” katanya.
Ia lantas menerangkan, investor asing di bidang itu bisa membawa kabur investasinya keluar Indonesia dengan cara khusus.
ADVERTISEMENT
“Keluar bisa dengan tiga cara, IPO, jual investor lain, ketiga nilainya dinolkan,” imbuh dia.
Tak hanya itu, Lembong menekankan, budaya penanaman modal termasuk asing pada unicorn juga tidak seperti bisnis-bisnis pada umumnya. Pasalnya, pemodal masih akan terikat dengan sistem itu sendiri.
“Aset nomor satu perusahaan itu adalah orangnya atau inovatornya. Meskipun ada keikutsertaan modal asing tapi pemodal asing utamakan unicorn ini terus dikendalikan inovatornya atau pencetus platform dalam hal ini adalah orang kita,” terang dia.
Maka dari itu, Lembong menegaskan pemodal dalam startup unicorn akan terlibat secara aktif.
Lebih dari itu, pemodal yang masuk menurutnya juga cenderung lebih berpikir panjang ketika akan menanamkan modal di startup unicorn. Selain butuh modal besar, risikonya pun juga tinggi karena perkembangannya dinamis.
ADVERTISEMENT
“Jadi investor yang masuk ke startup itu sekali masuk harus komitmen total. Dan potensi keuntungannya mencukupi. Jadi keuntungannya cukup besar sehingga (harus) siap untuk risiko (yang juga cukup besar),” pungkasnya.