Total Karyawan Taksi Express yang Terkena PHK Capai 400 Orang

6 Oktober 2017 16:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Taksi Express (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Taksi Express (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Kondisi keuangan yang menurun dan gempuran teknologi membuat PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) harus melakukan efisiensi. Hingga kuartal III, perseroan mencatat ada 400 karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Express Group, Benny Santosa mengatakan, pengurangan karyawan dilakukan pada bagian support seperti call center, karyawan bengkel, dan karyawan support lainnya.
"Total pengurangan sampae kuartal III 400 (karyawan) sudah setop. Kita sudah dapat zona yang ideal, kita melakukan perampingan," kata Benny saat ditemui di Kantor Express Group, Taman Sari, Jakarta Barat, Jumat (6/10).
Benny mencontohkan sebelum adanya pengurangan, jumlah karyawan yang berada di 1 pool rata-rata berjumlah 50 orang. Namun setelah adanya efisiensi jumlah karyawan berkurang menjadi hanya sekitar 30 orang.
"Jadi pengurangan karyawan itu untuk melakukan efisiensi, sekarang punya 29 pool. karena industri berubah teknologi maju, efisiensi jadi satu tema yang tadinya 1 pool ada 55 orang, karena kita beradaptasi jadi sekarang satu pool ada 25-30 orang," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Selama semester pertama 2017 pendapatan perseroan tercatat mengalami penurunan 57,57% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di mana sepanjang semester pertama tahun ini perseroran mencatatkan pendapatan Rp 158,73 miliar dibandingkan semester pertama 2016 sebesar Rp 374,06 miliar.
Sekadar informasi, beban langsung operasional, sepanjang semester pertama 2017 mengalami penurunan 22,56% di mana per segmen rata-rata tercatat lebih rendah dari sebelumnya. Sebut saja, biaya bahan bakar yang selama ini dianggap sebagai komponen biaya yang berkontribusi besar.
Selain itu, pada semester pertama 2017 tercatat kas TAXI sebesar Rp 9,69 miliar dibandingkan posisi per akhir 2016 sebesar Rp 16,25 miliar. Piutang TAXI tercatat masih cukup tinggi meski juga mengalami penurunan dari posisi per akhir 2016 sebesar Rp 463,74 miliar menjadi Rp 453,31 miliar di pertengahan 2017.
ADVERTISEMENT
Benny mengakui gempuran layanan taksi online juga menggerus pendapatan perusahaan. Dengan kondisi tersebut, dia meminta pemerintah untuk membuat aturan yang adil agar perusahaan taksi konvensional bisa bertahan.
"Kita bicara angkutan transportasi, online kan juga ambil penumpang melayani penumpang juga. Tapi yang satu diatur yang satu tidak, itu timbulkan ketimpangan. Apa yang ditetapkan pemerintah kita harapkan kesetaraan," kata Benny.