TP Rachmat: Batu Bara Akan Habis, RI Harus Pindah ke Industri Canggih

4 Juni 2022 14:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Profil TP Rachmat di Universitas Paramadina, Sabtu (4/6). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Profil TP Rachmat di Universitas Paramadina, Sabtu (4/6). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia saat ini masih bergantung pada energi fosil untuk menyokong kebutuhan sehari-sehari. Salah satunya batu bara yang menjadi komoditas andalan untuk produksi listrik nasional meski dibarengi dengan energi baru dan terbarukan.
ADVERTISEMENT
Pemilik Triputra Group, Theodore Permadi Rachmat (TP Rachmat) menilai komoditas energi fosil akan habis jika terus digunakan dalam jangka panjang. Batu bara misalnya, menurut dia hanya akan bertahan lama.
"Segala macam industri seperti batu bara, berapa lama lagi kita bisa merasakan? 10-20 tahun? Bayangkan, 50 tahun lalu saya terbang ke Kalimantan, semua hijau. Orang bilang kayu Kalimantan tak ada habis-habisnya. Coba sekarang? Hutan sudah dibabat habis," kata TP Rachmat Rachmat di Universitas Paramadina, Jakarta, Sabtu (4/6).
Karena itu, Indonesia menurutnya tidak bisa lagi hanya mengandalkan energi fosil, tapi harus beralih ke industri hilirisasi dan canggih.
TP Rachmat 9kiri) terima Paramadina Award 2022 di Universitas Paramadina, Sabtu (4/6). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
"Jadi kita tidak bisa mengandalkan SDA, kita harus pindah ke industri lebih canggih," imbuh TP Rachmat.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, industri canggih tidak melulu soal perusahaan digital seperti startup, tapi segala macam industri mulai dari industri kimia, mobil, baja dan lainnya. Industri ini diharapkan dapat menggantikan bisnis-bisnis komoditi yang tak terbarukan tadi.
"Itu tugas kita, bagaimana kita bisa menggantikan bisnis-bisnis komoditi itu. Bisnis industri yang lebih mapan itu bisa konkret di luar negeri," ujar TP Rachmat.
Di sisi lain, TP Rachmat ingin agar perkembangan bisnis industri di Indonesia dapat lebih mapan dan bisa dilirik investor asing. Sama halnya dengan negara Vietnam yang dibanjiri perusahaan-perusahaan asing, mulai dari Samsung, Apple, dan masih banyak lagi.
Padahal, pemerintah sudah merancang sedemikian rupa aturan untuk mempermudah pertumbuhan industri di Indonesia. Sejauh ini, kata dia, UU Cipta Kerja sudah bagus, meskipun masih akan diubah.
ADVERTISEMENT
"Kita sebagai bangsa mau itu cepat diselesaikan dengan baik, supaya suasana ekonomi Indonesia bisa lebih baik lagi," tandasnya.