Transaksi Berjalan RI Defisit 0,1 Persen PDB di 2023

22 Februari 2024 10:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) melaporkan transaksi berjalan kembali defisit USD 1,6 miliar selama 2023 atau 0,1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini menurun dibandingkan tahun 2022 yang mencatatkan surplus USD 13,2 miliar atau 1,0 persen dari PDB.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) selama 2023 surplus sebesar USD 6,3 miliar, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencatat surplus USD 4,0 miliar, terutama didukung kuatnya kinerja transaksi modal dan finansial.
"Perkembangan ini dipengaruhi oleh penurunan surplus neraca perdagangan barang, seiring kondisi perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas, serta permintaan domestik yang kuat," ujar Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangannya, Kamis (22/2).
Di sisi lain, defisit neraca jasa berkurang sejalan dengan kenaikan jumlah wisatawan mancanegara seiring pemulihan sektor pariwisata yang terus berlangsung.
Transaksi modal dan finansial tahun 2023 mencatat perbaikan signifikan dengan membukukan surplus USD 8,7 miliar, dibandingkan dengan defisit USD 8,7 miliar pada tahun 2022, ditopang oleh surplus investasi langsung dan investasi portofolio di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
ADVERTISEMENT
Posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2023 naik mencapai USD 146,4 miliar, dari USD 137,2 miliar pada akhir Desember 2022. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," jelasnya.