Transaksi Berjalan Tak Masalah Defisit, Asal untuk Impor Barang Modal

30 Januari 2019 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
ADVERTISEMENT
Defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit) yang terus membayangi Indonesia dinilai cukup berdampak pada perekonomian nasional, terutama terhadap nilai tukar rupiah.
ADVERTISEMENT
Ekonom senior yang juga mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, sebenarnya tak masalah neraca transaksi berjalan Indonesia defisit, jika untuk mengimpor barang modal yang besar dari luar negeri.
"Kita enggak punya mesin atau teknologinya, makanya tahap pertama impor dulu. Jadi ada tahap tertentu enggak apa-apa defisit, selama untuk bahan baku, untuk produksi, atau alat infrastruktur," kata Chatib di acara Mandiri Investment Forum 2019 di Hotel Fairmont Jakarta, Rabu (30/1).
Neraca transaksi berjalan Indonesia kerap mengalami defisit. Hingga kuartal III tahun 2018, defisit transaksi berjalan mencapai USD 8,8 miliar atau 3,37 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurut Chatib, Indonesia yang merupakan negara berkembang sangat wajar jika banyak melakukan impor barang modal seperti mesin dan teknologi untuk digunakan kegiatan produktif.
ADVERTISEMENT
Dia mencontohkan di masa lalu, saat Singapura masih menjadi negara berkembang, CAD di negaranya mencapai 10 persen terhadap PDB. Bahkan China, defisitnya mencapai 12 persen dari PDB. Saat kedua negara tersebut sukses menjadi negara maju, rasio defisit terus berkurang.
Kepala Mandiri Institute, M. Chatib Basri pada Mandiri Investment Forum 2019 di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (29/1/2019). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Mandiri Institute, M. Chatib Basri pada Mandiri Investment Forum 2019 di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (29/1/2019). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Karena itu, dia menilai defisit transaksi berjalan di Indonesia yang masih berada di level 3 persen terhadap PDB masih wajar dan bisa ditata. Dia malah khawatir jika pemerintah mengejar surplus namun akhirnya menghambat impor barang modal yang akan berdampak pada pembangunan.
Untuk menambal agar defisit tak terlalu lebar, Chatib juga meminta agar pemerintah harus meningkatkan investasi di dalam negeri, terutama dari asing atau Penanaman Modal Asing (PMA).
Dengan asing menanamkan modalnya di Indonesia, industri akan bergerak maju sekalipun di negaranya sedang bergejolak. Apalagi jika investasinya masuk ke dalam pabrik-pabrik yang menyerap tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
"Jadi saya bilang isu kita cuma bukan di CAD, tapi di pembiayaanya. Jadi enggak perlu takut CAD selama ada PMA. Tadi Pak Perry sebut CAD USD 8,8 miliar, tapi NPI (Neraca Pembayaran Indonesia) kapitalnya inflow karena ada dana asing masuk USD 12 miliar," ucapnya.