Transaksi Saham Sepi, BEI Mulai Khawatir Investor Hijrah Ke Bitcoin

13 April 2021 13:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bitcoin Foto: REUTERS/Dado Ruvic
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bitcoin Foto: REUTERS/Dado Ruvic
ADVERTISEMENT
Perdagangan di pasar saham sejak awal April 2021 tercatat merosot. Hal ini terlihat dari nilai transaksi harian yang hanya tercatat di kisaran Rp 9 triliun. Padahal pada Januari 2021, nilai transaksi harian bursa bisa menembus level Rp 20 triliun.
ADVERTISEMENT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi I perdagangan hari ini, Rabu (13/4) juga kembali melemah 0,72 persen ke level 5.905,47. Dalam sebulan, indeks saham bahkan sudah merosot hingga 6,62 persen.
Namun di sisi lain, investasi mata uang kripto salah satunya Bitcoin justru makin cemerlang. Harga Bitcoin bahkan sempat tembus Rp 830 juta. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa para investor mulai hijrah dari investasi saham ke mata uang kripto. Kekhawatiran tersebut juga tidak dibantah oleh otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Perdagangan dan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan, pihaknya mulai was-was investor akan hengkang dari pasar modal.
“Secara pribadi ada sedikit kekhawatiran dari saya terkait hal ini. Walau saya belum tahu secara pasti seberapa besar penetrasi Bitcoin di Indonesia,” ujar Laksono kepada kumparan, Selasa (13/4).
Ilustrasi investasi di pasar saham. Foto: Shutter Stock
Meski demikian menurut Laksono, secara resmi pihak BEI belum memiliki pandangan terkait fenomena ini. Sebab menurut Laksono secara regulasi, Bitcoin belum dianggap sebagai instrumen finansial yang diakui oleh Bank Indonesia untuk dapat digunakan sebagai alat pembayaran atau sarana transaksi.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Laksono mengakui nilai transaksi harian bursa cenderung sepi dalam beberapa minggu terakhir. Menurut Laksono ada, beberapa faktor yang menyebabkan nilai transaksi harian bursa turun cukup signifikan dibanding awal tahun.
Faktor pertama yaitu mulai berakhirnya January Effect yang disebabkan oleh euforia program vaksinasi. Menurut Laksono, euforia vaksinasi sempat membentuk optimisme baru dan berdampak pada peningkatan transaksi di pasar saham. Namun lambat laun euforia tersebut menyusut dan para investor mulai menunggu hasil nyata dari perbaikan ekonomi.
Ditambah lagi, beberapa emiten diketahui belum menyetor laporan keuangan full year 2020 sehingga kondisi ini menyebabkan market masih wait dan see. Selain itu adanya pembatasan mudik selama libur Lebaran yang kemudian berpengaruh terhadap sentimen investor terkait recovery ekonomi.
ADVERTISEMENT
“Tentunya juga berpengaruh terhadap penurunan IHSG karena sikap wait and see tersebut,” ujarnya.