Transfer Uang Pakai BI Fast ke Singapura dan Malaysia Bisa Dilakukan per 2024

28 Maret 2023 10:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memberikan keterangan pers di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memberikan keterangan pers di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia menargetkan transaksi BI Fast bisa digunakan di 5 negara Asean yakni, Thailand, Singapura, Malaysia dan Filipina mulai tahun depan.
ADVERTISEMENT
Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia mengatakan sejauh ini Indonesia dengan 5 negara Asean tersebut sudah sepakat untuk melakukan payment connectivity.
“Kita awali tahun ini dengan QR, jadi QR baru kita sandingkan dengan Thailand. Kita sudah gabungkan antara global payment, connectivity, dan dengan penggunaan LC (local currency),” katanya kepada wartawan di kawasan Nusa Dua, Bali, Senin (27/3).
“Jadi 5 negara lain seandainya mereka siap melakukan connectivity QR dulu,” tambah Dody.
Pembeli membayar menggunakan QRIS saat membeli tembakau di Lakonte Bacco, Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Foto: Asprilla Dwi Adha/Antara Foto
BI mencatat, transaksi warga negara Indonesia yang menggunakan QRIS di Thailand mencapai 14.555 kali dengan nilai Rp 8,54 miliar hingga Februari 2023. Sementara sebaliknya, transaksi warga Thailand di Indonesia via QRIS baru 492 kali senilai Rp 114 juta.
Kemudian di 2024, Bank Indonesia mengupayakan penggunaan transaksi dengan BI Fast payment bisa dilakukan. “Biaya transfer sekarang sudah Rp 2.500 (per transaksi), nanti kita lakukan itu dengan negara lain, jadi konektivitasnya sudah secara regional,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ke depan, hal ini juga akan me-interlink dengan kawasan lain di Asia Selatan seperti India, Jepang, bahkan Arab Saudi dalam konteks konektivitas.
Meski begitu Dody belum menyebut berapa biaya layanan transfer BI Fast ke negara Asean. Tapi, ia menyebut pada prinsipnya Indonesia menginginkan agar lalu lintas pembayaran antarnegara bisa lebih murah, transparan, dan cepat.
“Jadi menghilangkan selama ini konteks terlampau mahal, sangat selektif dan tidak transparan,” terang dia.