Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Tren Anak Muda Raup Rp 1 Miliar Sebelum 30 Tahun, Mungkinkah?
11 Agustus 2024 10:22 WIB
·
waktu baca 9 menitADVERTISEMENT
Lala, perempuan usia 29 tahun itu menggigit jari usai menonton sebuah unggahan di media sosial X tentang sekumpulan anak muda yang telah meraup pendapatan Rp 1 miliar pertamanya, sebelum menginjak kepala tiga.
ADVERTISEMENT
Mendapat Rp 1 miliar di usia muda memang menggiurkan. Terlebih saat ini tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tengah merebak. Bersamaan dengan itu, ternyata banyak anak muda yang justru sukses meraup cuan dengan cara membuka usaha.
Salah satunya Nethanya Kirana atau yang akrab disapa Netha, mojang Sunda yang telah meraup Rp 1 miliarnya di usia 20 tahun. Netha bercerita, uang Rp 1 miliar tersebut didapatnya setelah satu tahun menggeluti bisnis fesyen By.Neeth yang didirikan pada 2019.
Mulanya, Netha yang baru saja memutuskan untuk mengenakan hijab, terpaksa harus melepas identitasnya sebagai perempuan yang kerap berpakaian warna-warni.
Sebab, pada 2019 lalu menurutnya, pilihan mode fesyen belum beragam seperti saat ini. Ide pembuatan jenama fesyen yang juga dapat digunakan oleh dirinya sendiri kemudian muncul dari sini.
ADVERTISEMENT
“Jadi pada saat itu motivasi aku bikin By.Neeth adalah supaya aku bisa pakai bikin yang bisa aku pakai sendiri. Aku nge-solve problem yang ada di diri aku sendiri dan alhamdulillahnya By.Neeth berjalan lancar,” tutur Netha kepada kumparan, Kamis (8/8).
Dilihat dari berbagai produk By.Neeth memang memiliki ciri khas berwarna cerah dengan desain yang terbilang modern.
Netha bilang, momen pengembangan By.Neeth bersamaan dengan merebaknya pandemi COVID-19. Sebab, pada saat itu banyak orang yang mulai melirik digitalisasi. Hal ini sejalan dengan marketing By.Neeth yang memanfaatkan teknologi ini. Sehingga mengantarkannya mendapat cuan Rp 1 miliar pertama di usia 20 tahun.
“Aku ngambil momentum selama COVID-19 dari 2020 sampai 2022-an itu aku benar-benar memanfaatkan hype yang ada untuk bisnis fesyen, makannya alhamdulillah By.Neeth bisa dibilang meraup cuan karena pintar-pintar memanfaatkan keadaan saja,” terang Netha.
ADVERTISEMENT
Netha mengatakan saat ini pemasaran produk By.Neeth memang mengandalkan platform online baik Shopee, TikTok Shop maupun media sosial Instagram.
Akun Instagram @by.neeth saat ini telah memiliki 226.000 pengikut dengan 1.242 unggahan. Lalu di Shopee, By.Neeth telah memiliki 113 ribu pengikut dengan rating 4,9 dari 5.0. Salah satu produk By.Neeth yang laris di platform ini adalah Flowy Wide Pants, telah terjual lebih dari 10.000 unit.
Lalu pada laman Shop Tokopedia, ByNeeth telah memiliki 42.500 pengikut dan sebanyak 34.400 produk yang terjual. Produk yang paling banyak dibeli di platform salah satunya adalah Petite Flowy Wide Pants sebanyak 6.760 terjual dan dibanderol Rp 150.000 per unit.
Selain itu, Shop Tokopedia mencatat, sebanyak 2.200 pembeli By.Neeth kembali berbelanja di toko ini. Tidak heran jika Netha mengaku salah satu strategi marketing yang dilakukannya adalah mendahulukan kualitas produk untuk menggaet langganan.
“Strategi By.Neeth yang paling utama adalah di kualitas produk, karena kalau melihat dari data banyak banget hampir kayak 70 persen customer By.Neeth itu adalah customer yang repeat order, jadi mereka itu suka sama produk By.Neeth, jadi mereka mau repeat order,” tutur Netha.
ADVERTISEMENT
Netha tidak ingin bersaing dengan produk murah yang terlihat menggiurkan, tapi harus mengorbankan kualitas produk yang dijajakan.
Selain kualitas produk, Netha menyebut, pemahaman akan target marketing juga sangat penting bagi pengusaha. Sebab hal ini akan berdampak pada inovasi yang dibubuhkan dalam produk.
Mengikuti arus tren yang berkembang juga harus dilakukan, baik tren yang berdampak pada inovasi produk ataupun tren yang berkaitan dengan komunikasi dengan pembeli.
“Karena aku berbisnis di bidang fashion pastinya aku up to date ke tren tren, kalau dulu kan hanya ke produk aja misalkan atau sekarang tren warna marun maka aku harus ada produk yang ada marun-nya. Tapi selain trend di produk sekarang trend di konten, usaha nge-live, pokoknya usaha supaya aku sama customer itu dua arah sekarang ngaruh banget dan menjadi salah satu strategi penjualan supaya bisa naik,” terang Netha.
ADVERTISEMENT
Netha membeberkan alasannya membuka usaha dan tidak memilih jalan bekerja di perusahaan besar seperti impian anak muda pada umumnya. Alumni Administrasi Bisnis Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) tersebut menuturkan memang memiliki hobi dan kebiasaan berdagang sejak di bangku Sekolah Dasar. Motivasinya adalah ingin mendapatkan cuan lebih dari saku yang diberikan oleh orang tua.
“Jadi pas SD terus SMP kuliah itu cuma mikir nyari uang dari jualan, nggak ada passion lain selain berjualan, berdagang dan sejak kuliah di seriusin dan akhirnya jadi berbisnis,” ungkap Netha.
Sebelum sukses dengan By.Neeth, Netha sempat menjajal bisnis fesyen impor bekas atau thrift shop yang sempat viral. Uang hasil berjualan pakaian thrifting inilah yang menjadi cikal bakal By.Neeth.
ADVERTISEMENT
“Waktu SMA dan kuliah itu aku punya thrift shop, thrift shop udah lumayan maju Aku kan jadi punya tabungan, saat itu aku mikir karena uang aku udah cukup gimana kalau aku mulai bisnis baru karena udah ada modalnya, dulu kurang lebih modalnya Rp 2 juta sampai Rp 3 juta,” terang Netha.
Netha enggan membeberkan omzet yang didapatkannya setiap bulannya saat ini dari By.Neeth. Ia hanya mengungkapkan produk By.Neeth rata-rata terjual sebanyak 5.000 hingga 10.000 unit per bulan.
“Kalau omzet aku belum bisa sebutin angka tapi kurang lebih bisa 5.000 sampai 10.000 penjualan setiap bulan,” ujar Netha.
Jika dilihat dari platform Shop Tokopedia, produk By.Neeth dibanderol mulai dari Rp 99.000 hingga Rp 240.000 per unit. Apabila dikalkulasikan dengan rata-rata penjualan, By.Neeth akan mengantongi sedikitnya Rp 495 juta setiap bulannya.
ADVERTISEMENT
“Kalau taktik mengelola keuangan aku basically puterin keuangan supaya bisnisnya gede lagi. Supaya skala bisnisnya semakin gede dan karena aku bisnis, bukan berarti aku bisa uang yang didapat itu seenaknya, tapi ke diri aku sistemnya gaji,” tutup Netha.
Selain Netha, ada juga CEO rankpillar, Agung Dwi Sandi, yang mendapatkan Rp 1 miliar pertamanya pada usia 24 tahun. Sandi saat itu memanfaatkan teknologi dan pengetahuan untuk berinvestasi di aset kripto, bitcoin.
Pada 2015, Sandi mulai membeli 1,8 bitcoin dengan harga sekitar Rp 9 juta. Bak dapat durian runtuh, pada 2021 harga bitcoin melambung. Ia pun menjual seluruh bitcoinnya dan mengantongi Rp 1,7 miliar.
“Pertama kali (mendapat Rp 1 miliar) itu di umur 24 tahun itu dari bitcoin, dari investasi jadi waktu itu early adoption dari bitcoin, 2015 belinya beberapa keping, pas 2021 udah spike itu udah Rp 1 miliar lebih,” kata Sandi kepada kumparan, Rabu (7/8).
ADVERTISEMENT
Sandi mengatakan dengan teknologi yang ada saat ini, anak muda dapat dengan mudah mendapat Rp 1 miliar pertama di bawah usia 30 tahun. Menurutnya, banyak anak muda yang memanfaatkan peluang berjualan secara online di berbagai platform.
Hal ini sejalan dengan bisnis yang saat ini digelutinya, yaitu digital marketing rankpillar. “Saat ini bisnisnya gue adalah digital marketing agency rankpillar sama ada marketing teknologi namanya seedbacklink.com ini khusus untuk anak PR sama anak SEO specialist, kalau misalkan mereka mau placement di media sama blogger itu mudah dengan platform kita,” tutur Sandi.
Berdasarkan laman rankpillar, usaha milik Sandi itu berdiri di bawah naungan GDR Group (PT Global Digital raya) dan telah bekerja sama dengan sederet platform online, mulai dari Facebook, Google Partner, Botify, TikTok, Twitter yang saat ini bernama X, ClickMetter, Spotify juga Involve Asia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, rankpillar yang didirikan pada 2019 ini telah dipercayai oleh berbagai brand, seperti Traveloka, Zalora, Amazfit, RELX, Asuransi Sinarmas juga Bukalapak.
“Yang kedua ada KOL.id, nah ini platform yang baru kita rilis Juni 2024 untuk bantu KOL (Key Opinion Leader) spesialis sama KOL untuk ratecard pakai AI,” kata Sandi.
Berdasarkan laman KOL.id, usaha itu telah mengerjakan 2.205 KOL rate card, 20.048 cek engagement rate KOL, 3.874 lebih KOL yang telah bergabung dan lebih dari 393 brand yang bergabung.
“Dan yang terakhir baru rilis bulan ini namanya konten contentspillar.com itu khusus untuk menggenerate artikel dan juga banyak fitur-fitur lainnya pastinya AI base dan kita udah pakai Ai untuk platform itu, itu bisnis gue saat ini,” terangnya.
Sandi menceritakan langkahnya menapaki bisnis digital marketing bermula dari profesinya yang merupakan seorang penulis atau blogger. Kemudian perlahan dia mempelajari digital marketing, media sosial, hingga berbagai kanal marketing lainnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dia juga sempat bergabung di beberapa perusahaan teknologi ternama di Tanah Air. Hal ini menjadi bekal pengalaman dan pengetahuan baginya untuk mendirikan perusahaan sendiri. Lagi-lagi, pandemi COVID-19 dianggap berkah bagi orang yang menggeluti sektor berkaitan dengan digitalisasi.
“Karena waktu itu COVID-19, dan itu banyak demand tentang digital marketing, jadi waktu itu hampir semua bisnis pengin transformasi ke digital dan dibutuhkan talent, nah dari sana gua bantu company-company untuk transformasi ke digital akhirnya gue bisa desain untuk digital marketing agency sendiri,” terang Sandi.
Meski telah sukses dengan berbagai usahanya, Sandi tetap memandang bekerja di perusahaan adalah sebuah pilihan yang tidak dapat disalahkan. Sebab, kata Sandi, tidak semua orang dapat menjadi pengusaha.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya nggak ada yang salah dengan bekerja di korporat, which is oke, dan kita juga bisa dapat gaji dari sana, kalau kita usaha itu kita kan harus terima konsekuensi, selain harus bertanggung jawab dengan visi dan misi dari perusahaan kita itu kita juga bertanggung jawab atas orang-orang yang bekerja di dalam perusahaan kita dan itu tidak mudah. Gua pikir tidak semua orang bisa jadi pengusaha,” terangnya.
Mengutip data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per Juni 2024, terdapat pertumbuhan 0,9 persen secara month to month (mtm) pada rekening simpanan di bank umum senilai Rp 1-2 miliar, naik dibandingkan bulan sebelumnya 0,8 persen (mtm).
Seluruh tiering simpanan mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Bahkan, rekening simpanan tertinggi terdapat pada tiering Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar sebesar 1,0 persen (mtm). Ini merupakan kenaikan nominal simpanan tertinggi pada Juni 2024. Meskipun data ini tidak menunjukkan rentang usia nasabah.
Perencana Keuangan, Andy Nugroho, menuturkan anak muda yang memiliki usaha memang memiliki peluang lebih untuk meraup cuan Rp 1 miliar sebelum usia 30 tahun.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pengusaha mempunyai kewenangan untuk memastikan pendapatan perusahaan dapat mencapai target tertentu, termasuk untuk mencapai Rp 1 miliar sebelum usia 30 tahun. Sedangkan karyawan hanya akan menerima pendapatan sesuai hitungan gaji atau bonus sesuai ketentuan perusahaan.
"Mungkin mereka mau yang para pengusaha ini mau mati-matian naikkan omzet, laba, mereka kerja keras sedemikian rupa sehingga omzetnya, penjualannya naik, mereka bisa nembus (keuntungan) Rp 2 miliar atau Rp 3 miliar kalau mau, penjualan mereka bisa dengan cepat menaikkan income mereka," tutur Andy kepada kumparan Kamis (8/7).
Meski begitu, Andy tidak menampik, baik pekerja di perusahaan maupun pekerja lepas, sama-sama bisa mendapatkan Rp 1 miliar sebelum usia 30 tahun. Hanya saja, pengusaha yang paling mungkin meraih target tersebut lebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Terlebih saat ini, lanjut Andy, para pengusaha muda dapat menjangkau pemasaran yang luas dengan waktu dan tenaga yang lebih efisien melalui platform online. Hal ini tentu akan menambah kemungkinan pengusaha muda ini untuk mencapai Rp 1 miliarnya sebelum usia 30 tahun.
“Keberadaan platform-platform online memudahkan para penjual untuk bisa memasarkan produknya dengan jangkauan lebih luas dan cepat, dan hal itu tentu saja dapat semakin memudahkan anak-anak muda yang memiliki keinginan untuk bisa mendapatkan Rp 1 miliar pertamanya dengan lebih cepat,” tutur Andy.