Tren Belanja Online Bakal Berlanjut di 2022, Daya Beli Bisa Kembali Pulih?

9 Desember 2021 18:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi belanja online. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belanja online. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tren belanja online dan produk digital diprediksi akan terus berlanjut di tahun depan. Namun, bagaimana dampaknya ke daya beli masyarakat?
ADVERTISEMENT
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 berada di rentang 5,2-5,8 persen secara year on year (yoy). Konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbanyak produksi domestik bruto (PDB) tahun depan ditargetkan tumbuh 5,1-5,3 persen (yoy).
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, konsumsi masyarakat masih akan terbatas di tahun depan, meskipun tren belanja online masih meningkat. Hal ini salah satunya karena kenaikan UMP yang juga terbatas.
"Kenaikan upah minimum yang terbatas akan memberikan dampak ke konsumsi, meskipun terbatas," kata Yusuf kepada kumparan, Kamis (9/12).
Dia melanjutkan, pemerintah masih perlu memberikan sejumlah insentif di tahun depan agar daya beli bisa kembali bangkit. Ia pun mencontohkan seperti Kartu Prakerja hingga bantuan subsidi upah.
ADVERTISEMENT
Dari sisi pengusaha, Direktur PT Trimegah Karya Pratama Tbk (Ultra Voucher) Riky Boy H Permata mengatakan, belanja online mampu mendongkrak pembelian produk digital. Salah satu faktornya yakni voucher digital biasanya memberikan keuntungan diskon dan kemudahan saat bertransaksi.
“Kami membuktikannya dengan jumlah active user dan juga transaksi tiap bulan di Ultra Voucher yang justru meningkat selama pandemi karena mudahnya memenuhi gaya hidup sehari-hari dengan harga diskon," kata Riky.
Riky meyakini, penjualan Ultra Voucher di akhir tahun makin meningkat seiring meluasnya tren belanja online. Hal ini sesuai dengan riset MarkPlus Insight bertajuk Perilaku Konsumen E-Commerce Tahun 2021.
Dalam riset tersebut, aktivitas belanja konsumen saat pandemi bergeser ke online shopping. Peningkatan penggunaan voucher digital juga terjadi karena meluasnya kepercayaan konsumen pada alat pembayaran digital
ADVERTISEMENT
"Kami yakin tren di akhir tahun ini berpeluang mendongkrak sales dari Ultra Voucher,” katanya.
Sementara itu, tumbuh pesatnya e-commerce turut mendorong penggunaan voucher digital. Hal ini ini terjadi karena tingginya tech awareness dan penggunaan smartphone pada konsumen.
Kemudian, kemajuan infrastruktur jaringan komunikasi di Indonesia, lonjakan ketertarikan konsumen terhadap belanja daring dipengaruhi oleh promo dan kampanye dari perusahaan e-commerce, serta penggunaan e-money yang terus meningkat.Riset tersebut juga menampilkan kategori produk yang paling banyak dibeli.
"Dengan pemanfaatan teknologi digital seperti Ultra Voucher dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk dapat memenuhi gaya hidup, tentunya dengan harga yang menguntungkan," kata Riky.
Selama 12 bulan terakhir, produk digital menjadi yang paling banyak dibeli. Sekitar 59,8 persen pengguna e-commerce membeli beragam produk digital lintas platform.
ADVERTISEMENT
Diikuti oleh fesyen (48,8 persen), kecantikan (41,2 persen), makanan dan minuman (39 persen), perlengkapan rumah (33,8 persen), high-end fashion (30,8 persen), elektronik rumah tangga (25,8 persen), perlengkapan ibu, bayi, dan anak-anak (25,4 persen), serta olahraga dan gaya hidup (19,8 persen).