Tren Bukber Bawa Lanyard BUMN hingga Sewa iPhone, Jadi Ajang Flexing?

2 April 2024 12:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi buka puasa bersama. Foto: Odua Images/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buka puasa bersama. Foto: Odua Images/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Membawa lanyard BUMN hingga menyewa iPhone saat momen acara tertentu, termasuk acara buka puasa bersama (bukber) menjadi tren saat ini. Tren itu dianggap ajang pamer jabatan maupun harta.
ADVERTISEMENT
iPhone kini nampaknya bukan menjadi barang mewah. Untuk bergaya dengan ponsel tersebut, orang-orang hanya mengeluarkan uang mulai dari Rp 75.000.
Seperti di akun instagram @rentaliphone, hadir berbagai model iPhone mulai iPhone XR hingga iPhone 15 Pro Max dengan opsi sewa 12 jam dan 24 jam. Tarif sewa sekitar Rp 75.000-600.000.
Sedangkan untuk lanyard BUMN, banyak pebisnis yang memanfaatkan momentum tersebut untuk berjualan mencetaknya. Dikutip dari unggahan instagram @localpridegarage, tertulis pemesanan lanyard dibuka untuk bukber. Variasi lanyard tersebut berupa BRI, BUMN, Pertamina, hingga BCA.
Perencana Keuangan dari Zelts Consulting, Ahmad Ghazali menilai flexing secara keuangan keliru, apalagi flexing menyewa produk. Meskipun membawa iPhone hingga lanyard BUMN dianggap keren, tapi mempertahankan relasi yang sehat diperlukan.
Salah satu akun facebook menjual lanyard untuk buka bersama. Foto: Instagram/@localpridegarage
“Flexing aja secara keuangan udah salah, apalagi flexing pada pinjaman atau sewaan ditambah tipu-tipu. Rasanya enggak banget deh untuk bangun relasi yang sehat,” kata Ahmad saat dihubungi kumparan, Selasa (2/4).
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, ajang pamer tersebut bisa menjadi simbol kesuksesan. Namun Ahmad menekankan barang yang dibawa tidak merefleksikan kualitas seseorang.
“Atau sewa iPhone hanya untuk acara itu aja, dan pastinya kelihatan banget dong pegang iPhone. Tapi pas diminta fitur khusus seperti AirDrop, ditanya versi OS atau apalah, kitanya enggak ngerti. Kan jadi lebih malu lagi,” ujar Ahmad.
Menurut Ahmad, meskipun bukber menjadi ajang silaturahmi dan berkumpul, bukber sebagai sarana membangun relasi kurang efektif karena waktunya sebentar.

Tips Terima Ajakan Bukber

Ilustrasi buka puasa Foto: Shutter Stock
Ahmad menyarankan tidak semua ajakan bukber dipenuhi. Jika ingin hadir, sebaiknya harus bisa mengalokasikan bujet seperti bulan biasa.
“Kita beberapa kali makan di luar, bujetnya bisa dialihkan untuk bukber. Kalau biasanya 2-3 kali dalam sepekan makan di luar, berarti jatah bukber juga bisa segitu,” terang Ahmad.
ADVERTISEMENT
Senada, Perencana Keuangan Andy Nugroho menilai bukber tergantung jumlah uang yang dimiliki. Apabila anggaran terbatas, maka tidak perlu hadir dalam semua undangan bukber.
“Kita mesti pilih mana yang benar-benar, misalnya penting buat kita hadirin gitu ya. Karena ujungnya sebenarnya terbatas itu tadi, bukan karena namanya, bukan tempatnya spesial,” imbuh Andy.
Dengan terbatasnya alokasi uang untuk bukber, Andy menyarankan masyarakat sebaiknya bisa mengambil keputusan bukber yang penting bagi mereka.
“Ya mau enggak mau karena kita harus sadari seperti itu, mungkin di keluarga besar lah atau di tempat teman-teman banyak gitu ya. Ada teman SD, SMA, kuliah gitu kan atau teman kerja kerjanya pindah pindah. Kalau dengan budget yang terbatas, enggak semuanya harus kita hadirin,” jelas Andy.
ADVERTISEMENT