Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Harga emas yang sempat melonjak di atas Rp 1 juta per gram perlahan mulai turun. Penurunan tersebut terjadi khususnya dalam beberapa hari ini hingga terakhir berada di angka Rp 973.000 per gram.
ADVERTISEMENT
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan penurunan harga emas tersebut dipengaruhi vaksin di Amerika hingga Eropa yang segera didistribusikan. Vaksinasi dianggap bakal membuat masyarakat bisa berdampingan dengan COVID-19 yang membuat ekonomi pulih.
“Kalau vaksin sudah ketemu kemungkinan besar akan didistribusikan di awal Januari, ini yang mengakibatkan emas jatuh,” kata Ibrahim saat dihubungi kumparan, Jumat (20/11).
Ibrahim mengatakan sebenarnya sejak awal permasalahan vaksin yang memang mencegah terjadinya lonjakan logam mulia. Meski begitu, Ibrahim merasa pembicaraan mengenai vaksin akan diganti dengan stimulus perekonomian lainnya.
“Mungkin nanti setelah ada stimulus masalah vaksin sedikit diindahkan, biasanya dalam satu minggu euforia tentang stimulus ini akan mengangkat sentimen positif terhadap harga emas,” ujar Ibrahim.
ADVERTISEMENT
“Jadi sebenarnya harga emas sedang menunggu, menunggu saja waktu yang tepat untuk rebound,” tambahnya.
Namun, Ibrahim mengungkapkan proses rebound tersebut tidak bisa terjadi dalam waktu dekat. Ia menjelaskan harga emas masih akan fluktuatif. Sehingga para pelaku pasar saat ini sedang wait and see.
Untuk itu dia mengingatkan pada milenial yang di tahun ini banyak investasi emas, agar berhati-hati sebab ada kemungkinan harganya bisa kembali ke level Rp 800.000 per gram.
"Anak-anak muda ini yang menggebu-gebu, semangat, ingin dapat uang lebih dari selain gaji bulanan. Mereka inginnya lakukan investasi di logam mulia dengan keuntungan yang besar. Padahal, kalau diperhatikan, spread harga emas cuma Rp 100.000," kata Ibrahim saat dihubungi kumparan, Minggu (15/11).
ADVERTISEMENT
Menurut Ibrahim, berinvestasi emas atau logam mulia sah-sah saja dilakukan saat ini, tapi jangan berharap bisa untung dalam waktu dekat. Menurut dia, investasi emas ideal dilakukan untuk jangka menengah minimal 5 tahun dan jangka panjang sampai 10 tahun agar kelihatan jelas perbedaan harga saat membeli.
Investasi emas dalam waktu singkat seperti spekulasi di instrumen saham hanya akan membuat rugi. Alasannya, pola kenaikan dan titik jenuh harga emas umumnya terjadi 9 tahun sekali.
Harga emas global tertinggi di level USD 2.080 per troy ons sudah tercapai di Agustus lalu. Sedangkan harga hari ini, berdasarkan data Bloomberg, di level USD 1.886 per troy ons.
Iqbal menilai, jika harga emas global merosot ke USD 1.830 per troy ons dengan nilai tukar rupiah Rp 14.200 per dolar AS, maka harga emas di dalam negeri merosot hingga ke Rp 935.000 per gram yang merupakan harga paling rendah. Bahkan, dia meramal di 2021 hingga 2022, harga emas akan bukan tidak mungkin menuju ke Rp 800.000 per gram.
ADVERTISEMENT
"Dan berdasarkan benang merah, butuh waktu 9 tahun untuk kembali di atas USD 2.080-2.090. Tahun 2011 harganya USD 1.980, itu butuh waktu 9 tahun yaitu di 2020 barulah harga emas di atas harga saat tahun 2011. Jadi, titik ini yang harusnya kaum milenial perhatikan," ujarnya.
Ibrahim menyarankan milenial yang saat ini sudah berinvestasi emas agar jangan dulu dijual. Sedangkan jika ingin membeli, lebih baik membeli saat harganya turun ke Rp 935.000 per gram yang menurutnya akan terjadi pada tahun ini.
***
Saksikan video menarik di bawah ini:
Live Update