Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Tren penjualan sepeda mulai meredup pada awal tahun ini. Mungkin salah satu yang dapat menjadi contoh adalah tren sepeda Brompton di Indonesia. Produk sepeda lipat kelas elit asal tanah London ini telah melewati peak season pada tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu sepeda lipat yang terbuat dari baja ini makin menjadi buah bibir masyarakat hingga permintaan melejit. Pedagang Sepeda Good Ride Bike Cafe, Adhi Pratama menggambarkan tingginya penjualan Brompton pada awal-awal pandemi seperti jual kacang.
Harga Brompton makin menjadi, saat awal pandemi harganya naik Rp 10 juta per unit menjadi Rp 47 juta per unit, bahkan sebagian penjual menjual lebih mahal lagi di e-commerce pada saat itu.
Salah satu penyebab lain orang-orang kaya menghabiskan sebagian uangnya untuk membeli Brompton lantaran aktivitas traveling dan perekonomian terbatas.
Penjualan Brompton Terus Merosot
Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) mengungkapkan kondisi industri bisnis awal tahun ini. Tren penjualan sepeda memang mulai lesu semenjak akhir tahun lalu karena permintaan yang mulai minim.
ADVERTISEMENT
Ketua Apsindo Eko Wibowo mengungkapkan saat ini terjadi perang harga di pasar untuk market menengah ke bawah. Perang harga terjadi di semua jenis sepeda.
“Selama ini 60 persen market adalah pasar sepeda lipat udah perang harga. Pasar perang harga turun-turunan harga,” katanya kepada kumparan, Kamis (4/3).
Eko bilang perang harga ini disebabkan banyaknya oportunis atau penjual sepeda musiman. Mereka melihat tren yang pada tahun lalu seakan menunjukkan tren yang sangat bagus di tengah pandemi. Nyatanya, kini penjualan sepeda terus merosot, mereka kalah dengan pedagang sepeda yang lebih lama.
“Pedagang musiman itu banyak, karena liat permintaan tinggi. Coba-coba dulu satu dua kontainer ada juga yang lebih dari itu. Itu kompetisi pasar, kalau bukan murni itu biasanya mereka nggak kuat nggak tahan,” sambungnya.
Hal ini berbeda dengan sepeda lipat dengan kelas elit. Meski penjualan lesu, namun pangsa pasar mereka cenderung masih eksis.
ADVERTISEMENT
“Kalau bicara brompton itu volumenya enggak begitu besar. Selama ini brompton jumlahnya yang resmi itu mungkin per tahun impor dari distributor total setahun itu 2000-3000 paling banyak,” katanya.
Road Bike Jadi Oase di Tengah Lesunya Permintaan
Pedagang sepeda harus terus memutar otak untuk menyiasati lesunya permintaan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun lalu yang menuai banyak keuntungan.
Seiring kejenuhan pasar, mulai muncul perubahan kebiasaan baru dari konsumen. Pedagang Sepeda Good Ride Bike Cafe, Adhi Pratama mengatakan, saat ini konsumen beralih mengoleksi road bike. Road bike merupakan sepeda yang dirancang untuk kebutuhan di jalan aspal.
“Karena kejenuhan pasar, sekarang orang pindah ke road bike,” katanya kepada kumparan, Kamis (4/3).
Road bike kini menjadi primadona para pesepeda. Bahkan, saat ini orang-orang kaya ikut berburu road bike untuk eksistensi dan hiburan. Harga road bike memang beragam, tapi khusus untuk kalangan papan atas membeli di kisaran harga Rp 100 juta-an.
ADVERTISEMENT
“Biasanya sultan-sultan iya kan larinya ke cervello (sepeda balap) segala macem orang-orang karena ingin lebih memaksimalkan dirinya sendiri,” tambahnya.
Adhi melanjutkan, tren road bike sendiri bermula dari komunitas di luar negeri yang pada akhirnya orang-orang Indonesia ikut meramaikan. Namun, hingga kini harga road bike cenderung stabil dibanding Brompton.
Pria yang juga menjual berbagai jenis sepeda ini bilang, untuk sepeda road bike salah satu keunggulannya yaitu terdapat pada bahan rangka yang ringan, terbuat dari carbon.
“Nah kalau emang sultan-sultan ada juga yang mereka mengincar ratusan karena bahan karbon. Kalau road bike itu mengincar ringan material, semakin enteng semakin nyaman,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan, Eko Wibowo menyebut secara umum kondisi industri sepeda masih sangat bagus di luar negeri. Namun untuk di Indonesia tren penjualan sepeda mulai lesu.
ADVERTISEMENT
“Dulu pasar begitu besar, sekarang menyusut. Jadi volume begitu besar sekarang menurun. Jadi sekarang orang rebutan pasar,” katanya.