Trump Berpeluang Menang Usai Biden Mundur, Rupiah Bakal Bergejolak seperti 2016?

22 Juli 2024 13:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joe Biden mengunggah fotonya bersama Kamala Harris seiring dukungannya kepada Harris untuk menjadi capres AS, Minggu (21/7/2024). Foto: Twitter/@JoeBiden
zoom-in-whitePerbesar
Joe Biden mengunggah fotonya bersama Kamala Harris seiring dukungannya kepada Harris untuk menjadi capres AS, Minggu (21/7/2024). Foto: Twitter/@JoeBiden
ADVERTISEMENT
Mundurnya Joe Biden dari bursa Calon Presiden AS membuat peluang Donald Trump untuk menang semakin besar. Biden mengumumkan keputusannya itu pada Senin (22/7).
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia memandang mundurnya Biden akan berdampak pada perekonomian dan ketidakpastian global, termasuk ke Indonesia. Akan tetapi, daya kejutnya tidak akan sebesar seperti saat Trump menang di Pilpres AS 2016.
Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan saat 2016 dolar AS naik karena saat itu publik AS tidak mengira Trump menang lantaran hasil polling selalu menunjukkan dia kalah dibandingkan pesaingnya, Hillary Clinton. Ternyata, Trump menang dan bikin geger dunia, sehingga dolar makin perkasa menekan banyak mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Banyak yang spekulasi potensi kemenangan Trump bisa mengulang yang terjadi di periode sebelumnya. Tapi (sekarang) sebagian orang enggak yakin akan seperti itu (lantaran sudah melihat Trump lebih unggul dari Biden)," ujarnya dalam Editors Briefing di Sumba, NTT, Senin (22/7).
ADVERTISEMENT
Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI, Ramdan Denny Prakoso (tengah), saat memberikan materi Editors Briefing di Sumba, NTT, Senin (22/7/2024). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Meski begitu, Biden mengumumkan mundur dan mendukung Kamala Harris yang kini Wapres AS agar maju sebagai Capres AS, rupiah terpantau bergejolak.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.20 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terkoreksi 0,26 persen ke Rp 16.234. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah juga masih terpantau melemah ke Rp 16.228.
Pelemahan rupiah yang terjadi usai pengumuman Biden dianggap sebagai hal wajar sebagai sentimen reaktif. Akan tetapi, Denny meyakini kebijakan pasar uang global ke depan akan lebih dipengaruhi aksi Bank Sentral AS, Fed, terhadap suku bunga acuan.
Denny melihat peluang Fed turunkan suku bunga sangat lebar karena saat ini rate-nya sudah terlalu tinggi. Sebelum pandemi, sekitar akhir 2019, suku bunga AS tercatat di level 0,25 persen, tapi saat ini sudah di posisi 5,25 persen atau persentase kenaikannya hampir 2.000 persen karena inflasi tinggi.
ADVERTISEMENT
"Jadi dampak ke pasar uang akan lebih banyak karena kebijakan The Fed. Suku bunga AS sudah sampai puncaknya, kita berharap rupiah makin kondusif," katanya.