Trump Bikin Rupiah Anjlok, Banyak Dana Asing Keluar dari Indonesia

19 Desember 2024 8:01 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyimak pertanyaan wartawan dalam acara konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (18/12/2024). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyimak pertanyaan wartawan dalam acara konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (18/12/2024). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian ekonomi global terutama terkait dengan arah kebijakan AS usai Trump kembali sebagai Presiden AS.
ADVERTISEMENT
Ruang penurunan suku bunga Fed Fund Rate yang lebih rendah, penguatan mata uang dolar AS secara luas, dan risiko geopolitik yang mengakibatkan berlanjutnya preferensi investor global untuk memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS.
Berdasarkan data Bloomberg hari ini pukul 15.07 WIB, kurs rupiah mencapai Rp 16.097 per dolar AS, mulai menguat 3,00 poin (0,02 persen).
Rupiah sempat mencapai Rp 16.115 per dolar AS pada pukul 12.00 WIB. Padahal di awal bulan ini atau 2 Desember 2024, kurs rupiah di level Rp 15.905 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah pada Desember 2024 (hingga 17 Desember 2024) melemah sebesar 1,37 persen (point to point) dari bulan sebelumnya," ujar Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Rabu (18/12).
ADVERTISEMENT
Perry Warjiyo mengatakan setidaknya ada tiga fokus yang dilakukan bank sentral mengontrol rupiah. Salah satunya dengan melakukan intervensi di pasar spot yaitu menjual dolar AS dari cadangan devisa dan membeli rupiah di pasar.
Presiden AS Joe Biden berjabat tangan dengan Presiden terpilih Donald Trump saat melakukan pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Rabu (13/11/2024). Foto: Kevin Lamarque/REUTERS
BI juga masuk ke pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) atau kontrak derivatif mata uang yang diperdagangkan di dalam negeri dan digunakan untuk melindungi nilai (hedging) terhadap risiko fluktuasi nilai tukar.
"Kami juga melakukan pembelian SBN (Surat Berharga Negara) dari pasar sekunder," ungkapnya.
Secara rinci, pembelian SBN dari pasar sekunder dengan jumlah yang bahkan bisa mencapai Rp 150 triliun, lebih tinggi dari jumlah yang jatuh tempo. Pembelian ini merupakan bagian dari ekspansi dalam operasi moneter yang bertujuan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan.
ADVERTISEMENT
"Sebagai bagian dari rencana operasi moneter, Bank Indonesia akan melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder, bahkan bisa mencapai Rp 150 triliun, dan mungkin lebih," kata dia.
Hingga saat ini, BI sudah membeli SBN Rp 169,5 triliun. Rinciannya Rp 62 triliun di pasar primer dan Rp 107 triliun di pasar sekunder.
Perry juga mengungkapkan ada rencana dari pemerintah menerbitkan SBN lagi yang lebih menarik. Rencana ini sudah dibahas dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
BI juga menerbitkan Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI), salah satu instrumen moneter baru BI. Kata dia, setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden AS, banyak modal asing keluar (outflow) dari Indonesia.
Berdasarkan catatannya, per kuartal IV 2024, modal asing yang keluar USD 2,4 miliar, terbesar dari saham USD 1,9 miliar. Sementara di Surat Utang Negara (SUN), dana asing mulai masuk USD 0,8 miliar setelah bulan lalu turun.
ADVERTISEMENT
"SRBI juga inflow naik USD 1,3 miliar. Makanya kami (lakukan) langkah-langkah ini untuk stabilitas rupiah dan SRBI bisa lebih menarik," katanya.