Trump Ingin Dolar AS Lemah Berpotensi Perang Mata Uang

27 Januari 2018 15:05 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uang dolar. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Uang dolar. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sempat menyatakan ingin melemahkan dolar AS. Hal ini dilakukan untuk membuka peluang perdagangan sekaligus mendukung perekonomian AS.
ADVERTISEMENT
Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa (Europe Central Bank) Benoit Coeure mengatakan, pernyataan Trump tersebut dapat memicu perang mata uang. Hal ini dia ungkapkan saat dirinya menjadi pembicara di Wolrd Economy Forum (WEF) 2018 di Davos, Swiss.
"Hal terakhir yang baru diperlukan dunia saat ini adalah perang mata uang. Kita hidup di sebuah dunia di mana nilai tukar tidak dan seharusnya tidak boleh dijadikan sasaran untuk tujuan persaingan," ujar Coeure seperti dilansir laman resmi WEF, Sabtu (27/1).
Pernyataan Coeure tersebut sejalan dengan komentar Kepala ECB Mario Draghi yang sempat mengkritik keinginan Trump untuk mendepresiasikan dolar AS.
Gejolak nilai tukar menjadi sangat sensitif bagi ECB,karena saat ini bank sentral itu tengah bersiap mencabut stimulus setelah selama hampir tiga tahun memborong aset senilai USD 2 triliun.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, komentar Trump itu sempat memicu rally dolar AS pada awal pekan ini. Namun, dolar AS kembali melemah pada perdagangan Jumat lalu.
Sementara itu, Kepala Ekonom Oxford Economics untuk AS Gregor y Daco mengingatkan, komentar secara terbuka yang mendukung pelemahan dolar AS akan memicu persaingan yang justru bisa melemahkan bisnis dan ekonomi.
“Semua orang menginginkan nilai tukar yang lebih kompetitif dibandingkan dolar atau mitra dagangnya. Ini mungkin langkah berani, tapi bukan langkah yang cerdas,” jelasnya.