Trump Ogah Negosiasi dengan China Sebelum Defisit USD 1 Triliun Diselesaikan

7 April 2025 15:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Donald Trump berbicara kepada wartawan saat berada di pesawat Air Force One, dalam perjalanan menuju Pangkalan Gabungan Andrews pada tanggal 6 April 2025. Foto: MANDEL NGAN / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Donald Trump berbicara kepada wartawan saat berada di pesawat Air Force One, dalam perjalanan menuju Pangkalan Gabungan Andrews pada tanggal 6 April 2025. Foto: MANDEL NGAN / AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan tak mau bernegosiasi dengan China kecuali defisit perdagangan yang mencapai lebih dari USD 1 triliun diselesaikan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Trump menyebutkan bahwa defisit perdagangan AS mencapai miliaran dolar dengan sejumlah negara, namun dengan China, angkanya jauh lebih besar—melebihi USD 1 triliun.
“Kita punya defisit perdagangan sebesar USD 1 triliun dengan China. Ratusan miliar dolar kita setiap tahunnya rugi ke China, jika masalah ini tidak bisa diselesaikan, saya tidak akan membuat kesepakatan,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One, seperti dilaporkan FOX dikutip Minggu (7/4).
“Saya bersedia membuat kesepakatan dengan China, tapi mereka harus menyelesaikan surplus itu. Kita punya masalah defisit yang luar biasa besar dengan China. Saya ingin itu diselesaikan,” tambah Trump.
Trump juga mengatakan bahwa berkat tarif yang diberlakukan, Amerika Serikat kini memiliki komitmen investasi senilai USD 7 triliun di sektor manufaktur otomotif, perusahaan chip, dan berbagai jenis bisnis lainnya, “pada level yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” katanya.
ADVERTISEMENT
Trump mengaku telah berbicara dengan para pemimpin Eropa dan Asia selama akhir pekan, yang berharap dapat meyakinkannya untuk menurunkan tarif hingga 50 persen yang akan berlaku minggu ini.
"Mereka datang ke meja perundingan. Mereka ingin berunding, tetapi tidak akan ada pembicaraan kecuali mereka membayar kami sejumlah besar uang setiap tahun," kata seperti dikutip dari Reuters.
Presiden Trump memperkirakan bahwa pada tahun depan, tarif-tarif tersebut akan menghasilkan tambahan pemasukan sebesar USD 1 triliun. Dia juga menyampaikan bahwa berbagai perusahaan akan mulai merelokasi operasional mereka ke Amerika Serikat, khususnya ke wilayah-wilayah seperti North Carolina, Detroit, dan Illinois.
Kemudian pada Minggu (6/4) malam, Trump juga menulis di platform Truth Social untuk menanggapi isu tarif tersebut.
Presiden Donald Trump menunjukkan grafik tarif impor baru saat "Make America Wealthy Again" di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). Foto: Brendan Smialowski/AFP
“Kita memiliki defisit keuangan yang sangat besar dengan China, Uni Eropa, dan banyak negara lainnya. Satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini adalah melalui TARIF, yang kini sudah membawa puluhan miliar dolar ke AS,” tulis Trump.
ADVERTISEMENT
“Tarif-tarif ini sudah diberlakukan, dan sangat indah untuk disaksikan. Surplus dengan negara-negara ini justru meningkat selama masa ‘kepresidenan’ Sleepy Joe Biden. Kita akan membalikkan keadaan ini, dan membalikkan dengan CEPAT. Suatu saat orang-orang akan sadar bahwa tarif, bagi Amerika Serikat, adalah sesuatu yang sangat indah!”
Trump menerapkan tarif dasar sebesar 10 persen pada semua barang impor ke Amerika Serikat, sementara sejumlah negara lainnya dikenai tarif lebih tinggi. Ia mengambil pendekatan yang sangat tegas terhadap China, yang sebelumnya sudah dikenai tarif sebesar 20 persen awal tahun ini. Kini China juga menghadapi tarif resiprokal sebesar 34 persen, di samping tarif dasar 10 persen yang diberlakukan untuk semua negara.
Kanada dan Meksiko untuk saat ini dikecualikan dari tarif resiprokal, namun tetap dikenai tarif sebesar 25 persen untuk barang-barang mereka. Kanada juga dikenakan tarif energi sebesar 10 persen. Sementara itu, Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, berjanji akan “melawan tarif-tarif ini dengan langkah balasan.”
ADVERTISEMENT
Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, menyatakan bahwa negaranya akan mengumumkan “program komprehensif” pada Kamis, 10 April 2025, menurut laporan Reuters.