Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
25 Ramadhan 1446 HSelasa, 25 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Trump Remehkan Gejolak Pasar, Masih Optimis AS Tidak Akan Resesi
12 Maret 2025 15:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meremehkan aksi jual di pasar saham yang terjadi imbas kekhawatiran terhadap kebijakan tarifnya. Trump juga menampik kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi AS akibat gejolak di bursa saham Wall Street.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak merasakannya sama sekali, saya pikir negara ini masih akan berkembang pesat,” ujar Trump di Gedung Putih AS, dikutip dari Bloomberg, Rabu (12/3).
Ia menambahkan bahwa pasar akan naik dan turun. "Tetapi Anda tahu bahwa negara ini tetap harus dibangun,” sambungnya.
Saham-saham sempat naik setelah pernyataan Trump, tetapi kemudian turun lagi, dengan S&P 500 berakhir 0,8 persen lebih rendah.
Gedung Putih AS menjelaskan, tarif 25 persen untuk baja dan alumunium juga akan berlaku untuk Kanada dan negara-negara lain. Trump menarik kembali ancamannya untuk mengenakan bea masuk 50 persen pada logam mitra dagang terbesar AS.
Itu semua terjadi setelah saham mencapai level terendah sejak September, dengan indeks acuan berakhir 9,3 persen di bawah level tertingginya sepanjang masa, setelah sempat melewati ambang batas koreksi.
ADVERTISEMENT
Wall Street khawatir atas tarif yang berubah-ubah, inflasi tinggi, dan arah kebijakan suku bunga The Fed. Sejumlah analis, termasuk dari JPMorgan, RBC, dan Citigroup, mulai meredam optimisme mereka terhadap pasar saham AS. Mereka menyoroti risiko perlambatan ekonomi dan volatilitas pasar.
“Di pasar yang tidak menentu ini, pendekatan ‘wait and see’ berisiko kehilangan peluang dan semakin memperberat risiko. Sebaliknya, investor harus menggunakan volatilitas untuk keuntungan mereka dan memposisikan diri untuk tema-tema jangka panjang,” Lauren Goodwill dari New York Life Investments menjelaskan.
Sementara Matt Maley dari Miller tabak, saham-saham AS masih jauh dari peluang pembelian yang “hebat”.
Beberapa analis memperingatkan risiko perlambatan ekonomi masih ada, meski belum cukup kuat untuk memicu resesi. Citigroup bahkan menurunkan prospek saham AS, sementara investor terus mencermati data inflasi atau Consumer Price Index (CPI) sebagai indikator arah kebijakan The Fed selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Analis menilai, ketidakpastian saat ini belum menciptakan peluang beli yang signifikan, dan volatilitas pasar diperkirakan masih akan berlanjut dalam waktu dekat.
Meskipun tidak ada tanda resesi saat ini, sejumlah pakar memperingatkan pasar bisa tetap fluktuatif dalam waktu dekat. Data inflasi yang akan dirilis menjadi sorotan utama karena dapat memengaruhi kebijakan suku bunga The Fed. Jika inflasi tetap tinggi, penurunan suku bunga mungkin saja tertunda.