Tupperware Terancam Bangkrut, Saham Anjlok Hampir 50 Persen

11 April 2023 20:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembukaan event Tupperware Donor Darah 2019 (kiri ke kanan: Valencia Mieke Randa (CEO – Komunitas Blood For Life), dr. Ria Syafitri Evi Gantini, M.Biomed (Kepala Unit Transfusi Darah Pusat PMI), Chairuddin Rudy Hatibie (Ketua Bidang Event dan Promosi), Awan Rahargo (Senior Manager Museum Rekor MURI Dunia Indonesia), Nurlaila Hidayaty (Direktur Marketing Tupperware Indonesia) Foto: Tupperware Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Pembukaan event Tupperware Donor Darah 2019 (kiri ke kanan: Valencia Mieke Randa (CEO – Komunitas Blood For Life), dr. Ria Syafitri Evi Gantini, M.Biomed (Kepala Unit Transfusi Darah Pusat PMI), Chairuddin Rudy Hatibie (Ketua Bidang Event dan Promosi), Awan Rahargo (Senior Manager Museum Rekor MURI Dunia Indonesia), Nurlaila Hidayaty (Direktur Marketing Tupperware Indonesia) Foto: Tupperware Indonesia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Produsen peralatan makan asal Amerika Serikat (AS), Tupperware, terancam bangkrut lantaran kinerja keuangan terus merosot. Tercatat saham Tupperware anjlok hampir 50 persen pada Senin (10/4), penurunan terbesar sepanjang berdirinya perusahaan.
ADVERTISEMENT
Investor ketakutan setelah Tupperware Brands Corporation mengatakan Jumat lalu, mereka telah menyewa penasihat keuangan untuk membantu memperbaiki struktur modalnya untuk melanjutkan kelangsungan usaha.
Mengutip dari The Straits Times (11/4), Tupperware mengalami peningkatan kinerja selama 2 tahun pertama pandemi COVID-19, dengan harga sahamnya melonjak hingga USD 37 karena lockdown mendorong penjualan peralatan dapur.
Setelahnya, performa Tupperware terus turun, perusahaan menyalahkan kendala kas yang disebabkan oleh biaya bunga yang lebih tinggi. Pada hari Senin, saham ditutup pada USD 1,22 setelah turun 49,6 persen.
Tupperware x Anne Avantie Luncurkan Set Alat Makan Bernuansa Batik Foto: Dok. Istimewa
Didirikan pada tahun 1946, Tupperware dan wadah khasnya menciptakan bisnis penyimpanan makanan modern. Ini mendistribusikan produknya di hampir 70 negara, terutama melalui perwakilan independen di seluruh dunia.
Namun, merek berusia 77 tahun itu telah berjuang untuk melepaskan citranya yang kokoh dan menarik pembeli yang lebih muda dalam menghadapi persaingan baru, sementara permintaan akan produk rumahan telah turun.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Maret, perusahaan melaporkan kerugian dari operasi yang dilanjutkan sebesar USD 28,4 juta untuk tahun 2022, meskipun tingkat kerugian turun dari USD 152,2 juta pada tahun sebelumnya. Penjualan bersih tahun lalu turun 18 persen menjadi USD 1,31 miliar.
Kepala eksekutif Tupperware Miguel Fernandez mengatakan, perusahaan sedang mencari calon investor atau mitra untuk mempertahankan perusahaan. Ia mengaku memiliki anggaran yang cukup untuk mendanai operasi jika gagal melakukannya.
Perusahaan juga mempertimbangkan langkah-langkah pemotongan biaya, termasuk memangkas pekerjaan dan meninjau portfolio real estate milik Tupperware.
Saat ini, Tupperware bekerja sama dengan Moelis & Company dan Kirkland & Ellis untuk menjajaki opsi untuk utang jangka panjang senilai hampir USD 700 juta.
Sementara itu, New York Stock Exchange memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapuskan karena tidak mengajukan laporan tahunan yang diwajibkan.
ADVERTISEMENT
Saham Tupperware telah anjlok sekitar 84 persen sejak November, ketika perusahaan pertama kali mengungkapkan kekhawatiran tentang kemampuannya untuk terus beroperasi.