TV Analog Disuntik Mati, Kompetisi Bakal Makin Menjadi

10 November 2022 14:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siaran televisi digital saat penghentian siaran televisi analog di Kompleks Kementerian Kominfo di Jakarta, Kamis (3/11/2022) dini hari. Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Siaran televisi digital saat penghentian siaran televisi analog di Kompleks Kementerian Kominfo di Jakarta, Kamis (3/11/2022) dini hari. Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
TV analog disuntik mati. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) resmi melakukan transisi siaran TV analog ke digital (analog switch off atau ASO), dimulai dari Jabodetabek pada Rabu (2/11).
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kebijakan tersebut nanti akan dilakukan di 292 kota dan kabupaten lain.
Langkah ini disebut-sebut menggerus pendapatan iklan di perusahaan TV swasta. Berdasarkan catatan Nielsen hingga semester I 2022 jumlah belanja iklan di TV mencapai Rp 107 triliun.
Tak lama setelah kebijakan itu dijalankan, MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo disebut akan membawa ke jalur hukum. MNC Group memegang siaran TV RCTI, MNCTV, INews, dan GTV.
Laporan keuangan perusahaan pada semester I 2022 menunjukkan pendapatan masih didominasi oleh iklan. MNCN mencatatkan pendapatan Rp 5,274 triliun atau mengalami kenaikan 8 persen secara year on year (yoy).
Dengan pendapatan iklan tercatat sebesar Rp 4,765 triliun atau mewakili peningkatan sebesar 4 persen yoy.
Pendapatan ini terdiri dari pendapatan digital yang tumbuh Rp 1,343 triliun atau 51 persen, merupakan pendapatan dari RCTI+, 7 portal online serta monetisasi media sosial. Sementara pendapatan non-digital terkoreksi 8 persen yoy atau mencatatkan total Rp 3,422 triliun.
ADVERTISEMENT
Matinya TV analog pengaruhi bisnis iklan?
Pakar Komunikasi Massa dan Digital Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yohanes Widodo mengungkapkan, kerugian yang bisa dilihat secara jelas dialami oleh TV swasta adalah lantaran sudah besarnya modal yang dikeluarkan untuk membangun infrastruktur TV analog.
"TV kan identik dengan padat modal, investasi yang selama ini dikenal cukup tinggi misal untuk bikin tower, pemancar dan sebagainya," ujar Yohanes kepada kumparan, Kamis (10/11).
"Jadi investasi yang mereka keluarkan bisa jadi terbuang percuma. Itu problem TV swasta selama ini, mereka cukup banyak invest untuk analog," sambungnya.
Infografik TV Digital Sudah Mendunia. Foto: kumparan

Kompetisi dengan TV Lokal Makin Ketat

Perebutan kue iklan tersebut akan semakin ramai bila sistem siaran TV sepenuhnya terdigitalisasi. Menurut Yohanes, akan banyak bermunculan televisi lokal yang sebelumnya kesulitan secara infrastruktur.
ADVERTISEMENT
"Dengan TV digital dimungkinkan akan banyak TV-TV baru atau channel-channel baru bisa masuk," tuturnya.
Ini menyebabkan kompetisi yang dihadapi TV swasta akan bertambah. Padahal saat ini, mereka juga sudah bersaing dengan media-media sosial yang juga dilirik pengiklan.
"Ke depan, satu kanal bisa diisi 5 kali lipat minimal. Jadi secara kuantitas akan lebih banyak TV-TV baru," pungkasnya.
Di sisi lain, transisi ke sistem digital tak serta merta jadi hal mudah bagi para pelaku TV swasta. "digitalisasi tidak otomatis membuka masa depan yang lebih baik, tapi justru tantangannya makin berat," tuturnya.