Ubah Hobi Jadi Cuan: Cerita Gen Z Terjun ke UMKM, Kini Omzet Rp 30 Juta/Bulan

29 Maret 2025 14:09 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dukungan ekosistem digital bagi UMKM. Foto: PanuShot/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukungan ekosistem digital bagi UMKM. Foto: PanuShot/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Keberadaan platform yang mewadahi berkembangnya ekonomi digital telah menyelamatkan Samantha (28 tahun) dari status sebagai pengangguran.
ADVERTISEMENT
Bahkan kini, saat banyak rekannya sesama generasi Z masih hilir mudik mencari pekerjaan, atau memilih bekerja kantoran, Samantha telah menjadi pengusaha UMKM dengan omzet menggiurkan.
kepada kumparan, Samantha mengaku tidak langsung terjun begitu saja ke dunia bisnis. Lulusan Universitas Multimedia Nusantara tahun 2019 itu bercerita pernah tidak punya waktu untuk mencari pekerjaan karena harus bolak-balik ke rumah sakit.
"Aku habis lulus kuliah sakit autoimun. Jadi lulus kuliah 2019, abis itu aku nggak kerja. Aku fokus pengobatan. 2020 aku operasi," kenangnya kepada kumparan, Sabtu (29/3).
Setelah pulih, ia akhirnya sempat mendapatkan pekerjaan pertamanya. Sayangnya perjalanan kariernya di dunia korporat tidak berlangsung lama karena COVID-19 yang merajalela saat itu membuat dunia kerja terpuruk.
ADVERTISEMENT
"Aku baru kerja di Line Today dari Januari 2022 sampai Juni 2022, alias cuma lima bulan karena ditutup service-nya," ungkapnya.
Kejadian ini membuatnya harus memutar otak untuk mencari sumber penghasilan baru. Dari situlah ide berjualan hampers muncul.
Ia kemudian menemukan peluang emas di dunia bisnis digital. Samantha kemudian membikin usaha kecil-kecilan yang ia namai bymakaira. Bisnis yang berangkat dari hobinya itu, kini bahkan menjadi penghasilan utamanya.
Samantha kini mampu meraup omzet rata-rata Rp 30 juta per bulan dari hampers unik bertema vintage yang ia jual di platform e-commerce Shopee.
Tangkapan layar Shopee @bymakaira. Foto: @bymakaira

Dari Hampers Lebaran ke Bisnis Serius

Kisah Samantha bermula pada Lebaran 2023, ketika ia, seperti tahun-tahun sebelumnya, menyiapkan hampers untuk para tetangga. Namun, kali ini ia bereksperimen dengan teh tubruk, gelas enamel, dan besek, menciptakan hampers bertema Indonesia jadul.
ADVERTISEMENT
"Tapi kan masih ada sisanya nih bahan bakunya. Terus aku mikir, ah coba aku jual aja di Shopee. Siapa tau ada yang beli," kenangnya.
Tanpa disangka, hampers buatannya mendapat sambutan luar biasa di Shopee. Permintaan yang terus meningkat membuatnya berpikir ulang tentang potensi bisnis ini.
Samantha memilih Shopee bukan tanpa alasan. Ia mengaku sudah terbiasa berbelanja di platform ini, terutama untuk membeli merchandise BTS. "Aku beli merch BTS di Shopee, terus dari itu aku juga belajar jualan di Shopee. Gara-gara merch BTS itu," ungkapnya.
Tangkapan layar Shopee @bymakaira. Foto: @bymakaira

Strategi Unik dan Tantangan Mengembangkan UMKM

Meski kini terbilang sukses, perjalanan Samantha tidak selalu mulus. Berbeda dengan kebanyakan pebisnis yang memiliki strategi pemasaran matang, ia mengaku tidak memiliki rencana marketing yang spesifik.
ADVERTISEMENT
"Jujur aku juga tidak ada target marketing. Aku benar-benar kayak yaudah pasang aja di Shopee terus aku nunggu orang beli aja," katanya.
Ia kala itu, belum terlalu memanfaatkan ekosistem ekonomi digital. Akun Instagram bisnisnya baru dibuat pada November 2024, lebih dari setahun setelah bisnisnya berjalan.
Saat awal-awal memulai berjualan, ia juga menghadapi tantangan dalam memahami cara kerja Shopee Seller Center.
"Tantangannya ya mungkin aku tuh enggak ngerti sebenarnya kayak maksudnya keyword-keywordnya, dan segala macem," katanya.
Samantha sempat malas untuk mendalami fitur-fitur Shopee, termasuk Shopee Ads dan Shopee Live, yang sebenarnya bisa meningkatkan visibilitas produknya.
Meski begitu, ia merasakan manfaat dari fitur gratis ongkir dan voucher Shopee. Fitur ini terbukti efektif meningkatkan penjualan tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya iklan.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan bymakaira tidak lepas dari keunikan produknya. Menawarkan hampers bertema vintage yang mengkombinasikan teh tubruk, gelas enamel, besek, tote bag, lilin aromaterapi, linen spray, dan kopi, Samantha berhasil menarik perhatian pasar yang lebih luas.
"Menurut aku yang bikin beda adalah hampers ini tuh bisa buat orang tua, masih masuk. Buat anak muda yang suka vintage-vintage masih masuk," katanya.
Atas dasar pengalamannya selama beberapa tahun berkecimpung sebagai pengusaha UMKM, Samantha berharap Gen Z yang ingin terjun ke dunia bisnis untuk memulai dari ketertarikan pribadi terhadap produk yang dijual.
"Pertama ya harus suka dulu sama produknya," katanya.
Ia juga menekankan pentingnya kreativitas dalam bersaing di pasar. "Aku percayalah Gen Z sekarang tuh jago-jago pinter-pinter banget. Betul-betul berbeda kan barang kamu dengan barang yang lain," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Samantha menyebut, meskipun produk yang dijual sama, kreativitas bisa menjadi faktor pembeda utama. "Jangan batasi diri kamu, terus coba aja," katanya.
Tangkapan layar Shopee @bymakaira. Foto: @bymakaira

Shopee sebagai Tulang Punggung Bisnis

Dengan semangat yang sama seperti Samantha, siapa pun bisa memanfaatkan platform digital seperti Shopee untuk meraih sukses di dunia bisnis. Bagi Samantha, Shopee bukan hanya platform jualan, tetapi juga menjadi sumber penghasilan utama.
"Betul-betul ini (Shopee) kayaknya channel satu-satunya. Aku pernah nyoba di platform lain. Enggak jalan sama sekali," ungkapnya.
Ia mengakui omzetnya tidak selalu stabil, dengan penjualan melonjak saat Natal dan Lebaran.
Keberhasilan Samantha membuktikan Shopee bisa menjadi peluang besar bagi Gen Z untuk meraih penghasilan. Namun, bagi mereka yang ingin sukses di dunia e-commerce, perencanaan keuangan tetap menjadi hal yang penting.
ADVERTISEMENT
Perencana keuangan Andy Nugroho menekankan, kesalahan umum yang dilakukan pebisnis muda adalah mencampuradukkan keuangan pribadi dengan bisnis.
"Paling sederhana kita bikin dua rekening saja. Pertama adalah rekening untuk kebutuhan sehari-hari, kemudian yang kedua adalah rekening yang digunakan untuk transaksi-transaksi bisnis kita," tuturnya.
Andy menyarankan agar pengusaha UMKM muda melakukan evaluasi berkala setiap tiga bulan untuk memastikan bisnis berjalan sesuai rencana.
Di samping itu, dia menyebut satu kesalahan yang sering dilakukan adalah terjebak dalam FOMO dan FOPO (Fear of Missing Out dan Fear of People's Opinion). Banyak pebisnis muda yang ingin terlihat sukses lebih dulu tanpa memperhitungkan laba bersih.
"Kadang kesalahannya adalah ingin kelihatan wah dulu, mentereng dulu, tapi ternyata laba kecil banget, bahkan ada beberapa yang minus bakar uang mulu," jelas Andy.
ADVERTISEMENT

Dari Gen Z hingga Emak-emak Matic, Shopee Buka Jalan Berjualan Online

Kesuksesan anak muda seperti Samantha selaras dengan visi pemerintah yang ingin menjadikan UMKM sebagai motor penggerak ekonomi nasional. Menteri UMKM Maman Abdurrahman optimistis bahwa pertumbuhan sektor ini akan berdampak luas.
"Terutama buat pengusaha-pengusaha UMKM, insyaallah kalau mereka tumbuh, saya yakin ekonomi kita juga akan tumbuh di seluruh lini," ujarnya.
Dengan target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen tahun ini dan 8 persen dalam lima tahun mendatang, pemerintah menaruh harapan besar pada UMKM. Keberhasilan Gen Z dalam memanfaatkan platform digital untuk berjualan bisa menjadi salah satu faktor yang membantu mencapai target ini.
Kisah Samantha membuktikan bahwa dengan kreativitas, ketekunan, dan pemanfaatan teknologi, anak muda bisa menciptakan peluang bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Kantor pusat baru Shopee di Singapura. Foto: Astrid Rahadiani/kumparan
Dalam lanskap ekonomi digital yang berkembang pesat, tidak hanya generasi Z seperti Samantha, pemilik bymakaira, yang mampu meraih omzet puluhan juta rupiah lewat Shopee.
ADVERTISEMENT
Shopee Indonesia bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berupaya membuka peluang yang lebih luas bagi segmen lain, yakni para ibu rumah tangga.
Melalui program Emak-Emak Matic (Emak-Emak Melek Teknologi), Shopee memberikan pelatihan keterampilan digital kepada ribuan ibu di 11 kota di Indonesia. Dengan kurikulum khusus dari Kampus UMKM Shopee ‘Kelas Online’, program ini bertujuan memberdayakan para ibu agar mampu berdaya saing sebagai penjual, pengusaha kuliner, hingga konten kreator di Shopee.
Sebagaimana yang dialami Samantha saat merintis bisnis hampers vintage-nya, memahami strategi digital menjadi tantangan utama bagi para pelaku UMKM pemula. Oleh karena itu, program Emak-Emak Matic menyediakan modul edukasi yang membahas berbagai aspek penting dalam bisnis digital, mulai dari strategi pemasaran berbasis afiliasi (Affiliate Marketing Solutions), optimalisasi performa toko, hingga pemanfaatan fitur Shopee Live dan Shopee Video untuk meningkatkan eksposur bisnis.
ADVERTISEMENT
Menteri Ekonomi Kreatif RI, Teuku Riefky Harsya, menegaskan program ini ditargetkan menjangkau 10 ribu ibu hingga akhir 2025.
“Kami berupaya meningkatkan partisipasi serta potensi perempuan dalam ekonomi kreatif melalui media digital. Dengan program ini, perempuan dapat menambah penghasilan secara mandiri,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (14/2).
Keberhasilan Samantha yang meraup omzet hingga Rp 30 juta per bulan membuktikan bahwa Shopee bukan sekadar marketplace, tetapi juga ekosistem yang mampu mengakomodasi pertumbuhan bisnis berbagai kalangan dari Gen Z hingga ibu rumah tangga. Bahkan, Samantha mengakui bahwa dirinya pun awalnya kurang memahami fitur-fitur Shopee, seperti Shopee Ads dan kampanye tematik. Kini, program seperti Kelas Online memberikan akses luas bagi para pemula untuk memahami strategi bisnis digital tanpa harus belajar dari nol secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Dengan semakin banyaknya ibu rumah tangga yang melek digital, serta UMKM yang memanfaatkan fitur Shopee secara optimal, potensi ekonomi digital Indonesia semakin terbuka lebar.