Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Uniknya Produksi Semi Offshore PHM di NPU dan Tantangan Keruk Potensi Rp 1,5 T
9 November 2023 9:49 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tantangan tersebut salah satunya terjadi di Lapangan North Processing Unit (NPU) yang beroperasi sejak tahun 1998. Lapangan tersebut berada di area rawa (swamp area) alias semi offshore, didesain awal sebagai lapangan pengolah gas .
"Lapangan NPU mengolah gas yang keluar dari sumur-sumur yang ada di area NPU, juga mengelola kiriman gas dari area Tunu dan lapangan Sisi Nubi," ujar Field Manager NPU, Andi Suhendra, NPU Field Kutai Kartanegara, Rabu (8/11).
Andi menuturkan, keunikan beroperasi di area swamp yakni memiliki Gathering Terminal Satelite (GTS) yang berfungsi untuk menjadi pengumpul gas dari sumur-sumur yang tersebar untuk selanjutnya dikirimkan lebih lanjut ke proses selanjutnya.
Proses pemisahan antara gas dan minyak dilakukan di NPU. Setelah dipisahkan, gas akan dialirkan ke Bontang untuk diproses lebih lanjut oleh Badak LNG dengan jarak kurang lebih 40 km, sementara minyak dialirkan menuju Senipah untuk diproses lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
"Dalam perjalanannya, sumur-sumur yang dioperasikan di lapangan NPU turut menghasilkan minyak, hal ini menjadi tantangan karena keseluruhan desain awal hanya untuk gas, dan bila tidak dilakukan improvement akan menyebabkan emulsi minyak dan menyebabkan permasalahan," tambah Andi.
Saat ini, produksi minyak dari Lapangan NPU tercatat mencapai 4000 Barel Minyak Per Hari (BOPD) dan gas mencapai 60 Juta Kaki Kubik Gas Per Hari (MMSCFD).
Maka dari itu, lanjut Andi, tim NPU melakukan inovasi untuk menghilangkan emulsi yang dihasilkan dari produksi minyak, sehingga minyak dan air dapat berpisah dengan metode Capability for Unlocking Emulsion Oil (Capucino).
"Prinsip sederhananya adalah bila terjadi emulsi maka harus diberikan demulsifier," kata Andi.
Dari inovasi tersebut, tim NPU berhasil memisahkan emulsi dalam liquid yang semula di kisaran 30-80 persen, berhasil turun hingga tersisa 5 persen dan berhasil membuka potensi produksi senilai Rp 1,5 triliun.
ADVERTISEMENT
"Dalam beroperasi, kami mendorong terus inovasi untuk dapat menemukan terobosan positif yang dapat mendukung ketersediaan minyak dan gas bumi. Kami senantiasa berkomitmen menyediakan energi dari Kalimantan untuk Indonesia," pungkas Andi.
Selain soal emulsi, Andi menambahkan tantangan lain produksi minyak di swamp area adalah masuknya pasir ketika proses pengeboran. Hal ini terjadi ketika pengeboran (drilling) untuk mengejar reservoir yang dangkal.
"Itu konstruksi di dalamnya ada pasir-pasir dan itu bisa keluar dan masuk ke dalam fasilitas produksi kita, kalau masuk itu bisa merusak equipment, misalnya pompa dia akan rusak," tuturnya.
Selanjutnya, tim NPU juga melakukan serangkaian inovasi untuk memisahkan pasir yang telanjur masuk ke dalam fasilitas produksi, misalnya dengan filter atau melalui proses pembersihan.
ADVERTISEMENT
"Misal telanjur masuk ke dalam fasilitas kita harus bikin alat karena nanti menimbulkan deposit dalam pipa atau compressor, itu yang akan membuat korosi juga, ada proses cleaning juga untuk membersihkan jalur pipa dan tangki karena kalau numpuk bisa masuk lagi ke dalam equipment," jelas Andi.
Keunikan Lapangan di Swamp Area
Meski memiliki berbagai tantangan, Andi menjelaskan ada keunikan tersendiri dari operasional lapangan migas di swamp area yakni dari sisi mobilitas material atau pekerja.
Lantaran terletak bukan di daratan maupun lautan alias semi offshore, mobilitas di NPU tidak terlampau sulit karena tidak akan terkendala oleh faktor cuaca, namun tidak juga semudah di onshore atau daratan.
"Tidak sejauh kalau kita ke offshore, operasionalnya tidak se-rough di offshore tapi juga tidak seperti di daratan kita tidak bisa dijangkau daratan dari manapun ke sini, beberapa keterbatasan ada di situ," pungkas Andi.
ADVERTISEMENT