Untung Rugi RI Jika Boikot Produk Prancis

2 November 2020 7:57 WIB
Pengunjuk rasa melakukan aksi boikot Presiden Prancis Emmanuel Macron di kawasan Nol Kilometer Yogyakarta, DI Yogyakarta, Jumat (30/10). Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjuk rasa melakukan aksi boikot Presiden Prancis Emmanuel Macron di kawasan Nol Kilometer Yogyakarta, DI Yogyakarta, Jumat (30/10). Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ucapan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengaitkan tindak terorisme dengan Islam berbuntut panjang. Hal itu memicu boikot produk Prancis yang dilakukan negara Timur Tengah seperti Turki, Kuwait, Maroko, Bangladesh, dan Qatar.
ADVERTISEMENT
Seruan boikot produk Prancis juga menggema di Indonesia. Lalu, apa keuntungan atau kerugian bagi Indonesia apabila boikot tersebut benar-benar dilakukan?
Berikut ini selengkapnya:

Kalau Boikot Produk Prancis, RI Diminta Substitusi Impor

Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira, mengatakan apabila boikot dilakukan dampaknya bisa mempengaruhi hubungan dagang Indonesia dengan Prancis. Apalagi, kata Bhima, penduduk Indonesia mayoritas beragama islam.
Bhima mengungkapkan sebelum adanya seruan boikot saja impor barang dari Prancis sudah turun 14,5 persen yoy per Januari sampai Agustus 2020. Situasi tersebut bisa mengarah pada penurunan defisit perdagangan antara Indonesia dan Prancis. Meskipun, kata Bhima, neraca dagang kedua negara membaik 34,2 persen yoy di periode yang sama.
Namun, ia tidak mempermasalahkan adanya boikot produk Prancis di Indonesia. Ia menganggap secara segmentasi produk Prancis yang dijual di pasar Indonesia rata-rata adalah high end market, atau pasarnya kelas atas seperti tas dan baju branded.
pabrik AQUA Foto: Ridho Robby/kumparan
Ada juga yang kelas menengah dan bawah yaitu konsumsi harian seperti produk makanan minuman. Untuk itu, Bhima menyarankan boikot tersebut harus diikuti dengan substitusi produk lokal.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau mau ambil peluang dari boikot produk Prancis, harus jelas segmentasinya yang akan di substitusi oleh produk lokal. Soal fashion sebenarnya mulai ada pergeseran ke brand-brand lokal yang kualitasnya bagus. Misalnya ada produk fashion lokal yang disebut Local Pride, itu harganya mahal, high quality dan kualitas ekspor,” ujar Bhima.
Bhima merasa produk semacam itu cocok untuk masuk menggantikan brand dari Prancis. Ia menganggap boikot ini juga jadi momentum Indonesia untuk mengekspor produk halal ke negara lainnya khususnya di Timur Tengah.

Maskapai RI Pakai Pesawat Buatan Prancis, Terganggu Aksi Boikot?

Seruan boikot produk Prancis dianggap bakal mempengaruhi hubungan dagang kedua negara termasuk dari sektor penerbangan. Sebab, sampai saat ini maskapai komersial Indonesia masih menggunakan pesawat terbang buatan pabrikan asal Prancis, Airbus.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, pengamat penerbangan Arista Atmadjati menganggap boikot tersebut tidak akan merugikan maskapai Indonesia.
“Ya enggak lah. Menurut saya aman kalau dari sisi bisnis. Ya Airbus itu kan konsorsium 3 negara Prancis, Jerman dan Inggris. Jadi bisa saja via Jerman atau Inggris bila keadaan darurat sih,” kata Arista saat dihubungi kumparan, Minggu (1/11).
Pesawat baru milik Batik Air tipe Airbus 320 Neo di Bandara Soetta, Tangerang, Kamis (6/2). Foto: Abdul Latif/kumparan
Arista mengatakan boikot itu permasalahan biasa terjadi dari hubungan politik yang tegang sesaat. Ia merasa kondisi yang saat ini terjadi bakal segera bisa diselesaikan.
Senada dengan Arista, Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menuturkan boikot produk Prancis bakal tidak banyak merugikan Indonesia termasuk di maskapai. Ia menjelaskan Indonesia bisa berganti negara yang produksi terkait pesawat apabila boikot memang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Selain pesawat terbang dan komponen spare parts, impor Indonesia dari Prancis utamanya adalah mesin, produk susu, mobil, obat-obatan, mesin elektrik dan komponen. Ada juga bahan kimia organik, ekstrak resinoid untuk parfum dan kosmetik, pakan ternak, optik, plastik dan produk plastik, kimia, serat kayu (pulp wood), dan makanan olahan.
Sedangkan ekspor utama Indonesia ke Prancis adalah mesin dan alat listrik, minyak dan lemak, sepatu, karet dan produk karet, kopi, teh dan bumbu, furnitur, produk pakaian dan aksesoris, minyak esensial, alat musik, serta produk perikanan.