Upah Pekerja di Jepang Naik 5,25 Persen, Tertinggi dalam 34 Tahun
6 Juli 2025 14:26 WIB
·
waktu baca 3 menitUpah Pekerja di Jepang Naik 5,25 Persen, Tertinggi dalam 34 Tahun
Sejumlah perusahaan di Jepang sepakat untuk menaikkan upah pekerjanya 5,25 persen di tahun ini, sekaligus untuk mengatasi krisis tenaga kerja dan menjaga daya beli pekerja. kumparanBISNIS



ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap krisis tenaga kerja yang semakin parah serta upaya untuk menjaga daya beli pekerja di tengah tekanan inflasi.
Mengutip Reuters, angka final yang diumumkan Kamis (3/7) oleh serikat pekerja Rengo, suatu organisasi buruh terbesar di Jepang dengan 7 juta anggota, mengikuti kenaikan 5,10 persen pada tahun lalu dan 3,58 persen pada tahun sebelumnya, berbanding terbalik dengan tren stagnasi upah yang terjadi selama beberapa dekade sebelumnya.
Lobi bisnis terbesar di Jepang, Keidanren, juga melaporkan bahwa bonus musim panas rata-rata di perusahaan besar Jepang tahun ini meningkat 4,37 persen dibanding tahun 2024, mencapai rekor tertinggi sebesar 990.848 yen.
Jepang, yang mengalami penuaan populasi dengan sangat cepat, kini menghadapi krisis tenaga kerja akut, terutama di sektor non-manufaktur dan perusahaan kecil. Kondisi ini bahkan telah menyebabkan beberapa perusahaan bangkrut.
ADVERTISEMENT
Sebuah survei Reuters yang dirilis pada Januari menunjukkan bahwa dua pertiga perusahaan Jepang merasa kekurangan tenaga kerja sangat memengaruhi bisnis mereka, baik secara serius maupun cukup signifikan.
Berbeda dengan banyak negara lain di mana para pekerja mengeluhkan inflasi yang tinggi, pekerja di Jepang kini memiliki daya tawar yang jauh lebih kuat.
“Kini muncul konsensus di kalangan perusahaan bahwa kenaikan upah yang melebihi inflasi adalah suatu keharusan,” ujar seorang pejabat pemerintah yang enggan disebut namanya. “Ini sudah menjadi norma baru,” ucap pejabat tersebut.
Inflasi di Jepang, yang diukur melalui indeks harga konsumen inti (tidak termasuk harga pangan segar yang fluktuatif), saat ini berada di sekitar 3,7 persen. Harga pangan segar juga naik tajam, yang menimbulkan keresahan di kalangan konsumen.
ADVERTISEMENT
Kenaikan upah yang stabil sangat penting untuk mendukung pemulihan ekonomi berbasis konsumsi, yang merupakan syarat utama bagi Bank of Japan (BOJ) untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Lembaga Mizuho Research & Technologies memperkirakan upah akan meningkat 4,7 persen pada tahun depan, dengan asumsi harga minyak akan melemah dan membantu mengimbangi dampak tarif dari AS terhadap keuntungan perusahaan.
“Karena momentum kenaikan upah kemungkinan akan terkonfirmasi pada kuartal Januari–Maret, kami memperkirakan BOJ akan mulai menaikkan suku bunga pada kuartal tersebut,” kata Saisuke Sakai, kepala ekonom Jepang di Mizuho Research.
Pandangan ini cukup banyak dibagikan oleh para ekonom. Dalam jajak pendapat Reuters, sedikit mayoritas memperkirakan kenaikan suku bunga berikutnya sebesar 25 basis poin akan dilakukan BOJ pada awal 2026.
ADVERTISEMENT
Toru Suehiro, kepala ekonom di Daiwa Securities, juga memprediksi kenaikan rata-rata upah sebesar 4,5 persen hingga 4,9 persen tahun depan, namun menekankan bahwa sektor non-manufaktur Jepang harus mengambil peran utama dalam mendorong kenaikan upah, karena sektor manufaktur akan terpukul oleh tarif dari AS.
“Kenaikan upah dalam beberapa tahun terakhir dipimpin oleh sektor manufaktur yang diuntungkan dari pelemahan yen, tapi sekarang mekanismenya harus berubah,” kata Toru.
Pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Jepang saat ini mengalami kebuntuan, dan Presiden AS Donald Trump mengancam akan menerapkan tarif sebesar 30 persen hingga 35 persen terhadap produk impor dari Jepang, jauh di atas tarif 24 persen yang diumumkan pada 2 April lalu dan kini ditunda hingga 9 Juli.
ADVERTISEMENT