Usai Hengkang dari Blok Tuna, BUMN Rusia Cari Peruntungan Lain di RI

9 Agustus 2023 14:02 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara (kiri) dan General Manager PHR Zona 4, Ahmad Miftah, dalam acara syukuran tajak di Lapangan Limau, Prabumulih, Sumatera Selatan, Sabtu (1/1/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara (kiri) dan General Manager PHR Zona 4, Ahmad Miftah, dalam acara syukuran tajak di Lapangan Limau, Prabumulih, Sumatera Selatan, Sabtu (1/1/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan perusahaan migas pelat merah asal Rusia, Zarubezhneft (ZN), akan mencari peluang kerja sama baru setelah hengkang dari Blok Tuna.
ADVERTISEMENT
ZN bermitra dengan Premier Oil Tuna BV di Blok Tuna dengan hak partisipasi (participation interest/PI) masing-masing 50 persen. Imbas dari sanksi Uni Eropa, ZN pun akhirnya menjual hak partisipasinya.
Premier Oil Tuna BV merupakan anak usaha Harbour Energy Group, perusahaan energi asal Inggris. Dalam laporan keuangan tahun 2022 Harbour Energy, disebutkan akibat sanksi Uni Eropa, proyek tersebut mandek sejak pemerintah menyetujui rencana pengembangan (PoD) di Desember 2022.
Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Benny Lubiantara, menuturkan ZN sedang berkoordinasi dengan pihaknya untuk mencari peluang kerja sama baru di Indonesia setelah hengkang dari Blok Tuna.
"Karena Rusia sudah keluar, dia sedang mencari opportunity lain di tempat kita juga di Indonesia, ZN ini mau investasi lagi, dia lagi cari potensi lagi sekarang lagi diskusi lagi sama kita," ungkap Benny saat ditemui kumparan di The Westin Jakarta, Rabu (9/8).
ADVERTISEMENT
Benny belum bisa membeberkan wilayah kerja (WK) atau blok migas yang menjadi incaran ZN di Indonesia. Namun, dia memastikan mitranya bukan perusahaan asal Eropa supaya tidak kena sanksi kembali.
"Supaya dia jangan ber-partner sama Eropa. Kalau dia sendiri kan selama ini kemarin partner-nya Harbour ada sanksi dari Eropa, sekarang dia cabut dari situ dia akan investasi lagi mencari opportunity di tempat kita," jelasnya.
Ilustrasi Pengeboran Migas Pertamina. Foto: Dok. Istimewa
Di sisi lain, Benny juga mengungkap sudah ada lebih dari 10 perusahaan yang tertarik untuk masuk ke Blok Tuna. Perusahaan tersebut baik itu dalam negeri maupun luar negeri.
"Seingat saya lebih dari 10 yang masuk, yang menyampaikan minat banyak, yang mau masuk di Blok Tuna sekarang sudah data room, saya dengar banyak yang minat tapi sekarang lagi proses," tutur dia.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, dia juga belum bisa mengungkapkan perusahaan mana saja yang berminat menjadi mitra Harbour Energy di Blok Tuna. Dia juga membuka kemungkinan PT Pertamina (Persero) juga tengah mengkaji kerja sama.
"PHE (Pertamina Hulu Energi) apakah minat, kayaknya dia lagi mengkaji juga tapi saya belum lihat, mungkin berminat," tambahnya.
Benny berharap, dengan hengkangnya perusahaan Rusia dan ada mitra baru yang masuk, proyek Blok Tuna bisa kembali beroperasi kembali dengan lebih cepat.