Usai IPO, Mitratel Incar Pendapatan dari Bisnis Jaringan 5G dan Kurangi Vendor

1 Desember 2021 18:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, melangsungkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 29,85% saham kepada publik. Foto: Dok. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk
zoom-in-whitePerbesar
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, melangsungkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 29,85% saham kepada publik. Foto: Dok. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk
ADVERTISEMENT
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel yang baru saja melantai di bursa saham atau Initial Public Offering (IPO) dengan kode emiten MTEL akan fokus mengejar pendapatan dari berbagai sumber, terutama yang berhubungan dengan jaringan 5G. Mitratel merupakan anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
ADVERTISEMENT
Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama, mengatakan peluang bisnis serat optik ke depan sangat besar. Pasalnya, instrumen tersebut menjadi keharusan bagi 5G. Tanpa serat optik, layanan 5G sulit berjalan maksimal.
"Mitratel juga akan memperoleh keuntungan dari lini bisnis edge computing, internet of things (IoT), dan masih banyak lini bisnis lain yang muncul seiring era 5G,” kata Hendra dalam keterangannya, Rabu (1/12).
Meski terus berupaya meningkatkan pendapatan, Mitratel tak lupa melakukan efisiensi untuk memperbaiki posisi margin. Hal ini tampak dari upaya perusahaan menekan jumlah vendor.
Menurut Hendra, sejak awal tahun ini, jumlah vendor sudah dikurangi dari sebelumnya 22, saat ini tinggal 9. Dari situ, juga membuat klaster-klaster tertentu.
"Jadi, mereka operasinya lebih enak di area tertentu dan economic of scale juga lebih baik. Hasilnya, biaya mereka lebih kecil dan biaya ke kami juga lebih rendah," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tidak cuma itu, Mitratel akan melakukan digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi di proses dan lapangan, terutama dari sisi maintenance. Berbagai upaya efisiensi itu hasilnya bisa dilihat, maintenance menara yang biasanya dalam sebulan menelan biaya sekitar Rp 2,7 juta per bulan, per Juni 2021 turun menjadi Rp 1,7 juta atau setara 34 persen.
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, melangsungkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 29,85% saham kepada publik. Foto: Dok. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk
Sebagai perusahaan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi terdepan, pendapatan rata-rata Mitratel ditargetkan tumbuh 10-11 persen per tahun, di atas industri menara telekomunikasi yang tumbuh 5-6 persen.
“Neraca keuangan yang kuat diyakini akan mendukung pertumbuhan tersebut,” katanya.
Hendra menegaskan, pertumbuhan pendapatan tersebut karena Mitratel memiliki neraca keuangan yang kuat. Dengan begitu, Mitratel akan mendapatkan pertumbuhan pendapatan melalui bisnis organik maupun anorganik.
ADVERTISEMENT
Hendra menambahkan, selain mengincar pertumbuhan dari sisi pendapatan, perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia ini juga menargetkan tenancy ratio pada 2025-2026 menjadi 1,8 kali dari rata-rata saat ini 1,5 kali.