Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Usai Ramai Disinggung Tom Lembong, RI Mau Gandeng China Garap Baterai LFP
29 Januari 2024 6:50 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan Indonesia akan mengembangkan baterai kendaraan listrik berbasis lithium ferro phosphate (LFP) bersama China.
ADVERTISEMENT
Baterai LFP ini sempat ramai dibahas setelah disinggung Thomas Lembong atau Tom Lembong . Tom Lembong merupakan eks Menteri Perdagangan di era pemerintahan Presiden Jokowi periode pertama, serta eks Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kini dirinya menjadi Co Captain Timnas Anies-Cak Imin (AMIN).
Mulanya, Tom Lembong menyebut produsen kendaraan listrik, Tesla di China telah beralih menggunakan baterai listrik berbasis LFP, dibanding nikel.
Hal itu sekaligus mengkritik pemerintah yang tengah gencar melakukan hilirisasi nikel. Pernyataan Tom Lembong itu menuai tanggapan balik dari Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia sampai Luhut.
Bahkan, nama Tom Lembong dan LFP sempat disinggung Cawapres nomor 02 Gibran Rakabuming Raka ada saat debat Cawapres. Terbaru, Luhut mengatakan Indonesia akan menggandeng China untuk mengembangkan baterai listrik berbasis LFP ini.
ADVERTISEMENT
"Nah kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok. Tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan Tiongkok maupun dengan lain-lain," ungkap Luhut, Rabu (24/1).
Luhut membantah pernyataan Tom Lembong soal 100 persen kendaraan Tesla produksi China menggunakan baterai LFP. Perusahaan mobil listrik milik Elon Musk itu, kata dia, masih menggunakan nikel untuk baterai kendaraan listriknya.
“Tidak benar pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP atau lithium ferro phosphate untuk mobil listriknya. Mereka masih tetap gunakan nickel based battery. Jadi seperti suplai nickel based battery itu dilakukan oleh LG Korea Selatan untuk model mobil listrik yang diproduksi Tesla di Shanghai,” ujar Luhut.
Sementara Pengamat Energi Universitas Tarumanagara, Ahmad Redi, menjelaskan LFP sangat potensial dikembangkan di Indonesia, sebab Indonesia memiliki bahan bakunya seperti fosfat dan besi, sementara lithium masih harus diimpor.
ADVERTISEMENT
"Pekerjaan rumah kita yaitu bagaimana industrialisasi atau hilirisasi bahan baku tambang tersebut sehingga menjadi LFP," ujarnya saat dihubungi kumparan, Minggu (28/1).
Menurut Ahmad, pengembangan baterai LFP di Indonesia tentu akan menjadi pesaing industri nikel yang sudah dikembangkan lebih dulu oleh pemerintah, bahkan dengan cara melarang ekspor bijih nikel sejak tahun 2020. Namun, hal ini dinilai akan berdampak positif pada industri otomotif Indonesia.