Usul PMN Rp 68 M, Bio Farma Bidik Penjualan Rp 50,4 Miliar Tahun 2024

2 Juli 2024 15:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluncuran logo baru Bio Farma Group pada rangkaian HUT 3th Holding BUMN Farmasi di Jakarta, 31 Janauri 2023.. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran logo baru Bio Farma Group pada rangkaian HUT 3th Holding BUMN Farmasi di Jakarta, 31 Janauri 2023.. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Bio Farma (Persero) mengusulkan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang merupakan inbreng Barang Milik Negara (BMN) senilai Rp 68 miliar.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya mengatakan, PMN Rp 68 miliar untuk mengurangi sebagian kebutuhan pendanaan dan investasi dari Bio Farma untuk pengembangan usaha berupa pendirian fasilitas produksi vaksin rotavirus, rubella, biosimilar dan pendukungnya sekitar Rp 550 miliar.
12 persen dari PMN Rp 68 miliar akan dialokasikan untuk pengembangan vaksin Rp 550 miliar. BMN berupa aset eks flu burung didirikan di lokasi milik Bio Farma.
“Bio Farma dapat memulai pengembangan dan produksi vaksin diagnostik kit dan bio similiar di fasilitas menggunakan PMN dengan proyeksi penjualan di 2024 Rp 50,4 miliar, tahun 2025 Rp 340 miliar,” ujar Shadiq dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR, Selasa (2/7).
Direktur Utama PT Biofarma (Persero) Holding BUMN Farmasi, Shadiq Akasya. Foto: Biofarma
Apabila usulan BMN menjadi PMN disetujui, maka proyeksi penerimaan negara Biofarma dengan rincian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) senilai Rp 2,22 triliun, Pajak Penghasilan (PPH) senilai Rp 2,48 triliun, dan pajak daerah senilai Rp 12,63 miliar.
ADVERTISEMENT
“Proyek yang akan dilaksanakan pengembangan Rp 550 miliar. Rp 68 miliar hanya 12 persen dari total project cost yang akan kami lakukan sampai tahun 2026,” tutur Shadiq.
Shadiq meyakini pengembangan vaksin Rotavirus dan Rubella bisa diproduksi di dalam negeri akan menghemat penggunaan devisa negara. “Sebagai pengganti produk impor, kami tegaskan ini sebagai penggunaan devisa negara,” ungkapnya.