Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Utang Garuda yang Dinego Capai Rp 98 T, Erick Thohir Beberkan Penyebabnya
5 November 2021 8:32 WIB
·
waktu baca 4 menit![Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. Foto: Reuters/Darren Whiteside](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1521719018/tmcrawdstxu6odj3ahez.jpg)
ADVERTISEMENT
Permasalahan keuangan yang menjerat Garuda Indonesia masih belum tertangani dengan baik. Total nilai utang yang dinego saat ini mencapai Rp 98 triliun.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut tentu menambah beban berat perseroan. Lantas, apa yang menyebabkan penyebab permasalahan keuangan Garuda Indonesia itu?
Berikut ini selengkapnya rangkuman penyebabnya yang disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir :
Erick Nego Utang Garuda yang Capai Rp 98 T karena Korupsi dan Sewa Pesawat
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan utang PT Garuda Indonesia(Persero) Tbk yang lagi dinegosiasikan mencapai USD 7 miliar. Nilai utang ini setara Rp 98 triliun (kurs Rp 14.000 per USD.
Dia menyebut besarnya utang Garuda Indonesia yang tengah dinegosiasikan ke para lessor karena mahalnya biaya sewa pesawat. Belum lagi ada kasus korupsi di tubuh Garuda Indonesia.
"Upaya restrukturisasi terus berjalan. Negosiasi utang-utang Garuda yang mencapai USD 7 miliar karena leasing costter mahal yang mencapai 26 persen dan juga korupsi. Lagi dinegosiasikan dengan para lessor," kata Erick di Dubai, Uni Emirat Arab, Kamis (4/11).
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Erick menegaskan tetap berusaha membuka opsi-opsi lain agar bisa membantu pemulihan di BUMN penerbangan itu. Salah satunya menggandeng maskapai internasional Emirates untuk memperkuat penerbangan domestik.
Garuda Rugi Rp 2,9 T Gara-gara Pesawat Bombardier CRJ-1000
Berdasarkan catatan kumparan, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra pernah membeberkan kerugian yang timbul dari operasional 12 pesawat Bombardier CRJ-1000. Irfan menyebut angka kerugian sebesar USD 30 juta atau setara dengan Rp 426 miliar per tahun (kurs dolar Rp 14.200).
“Tidak dapat dipungkiri selama 7 tahun kami operasikan ini. Di setiap tahun itu secara rata-rata kami alami kerugian penggunaan pesawat CRJ ini lebih dari USD 30 juta per tahun,” ujar Irfan dalam konferensi pers virtual, Rabu (10/2).
ADVERTISEMENT
Disebut sebagai kerugian karena ternyata armada Bombardier ini menurut Irfan tidak cocok untuk pasar Indonesia sehingga tidak memberikan keuntungan finansial. Sedangkan, perseroan harus membayar biaya sewa untuk 12 maskapai bombardier yang mencapai USD 27 juta per tahun. Bila ditotal, kerugian selama 7 tahun mencapai Rp 2,98 triliun.
Kasus Korupsi di Garuda Indonesia Terkait Suap Emirsyah Satar
Sebelumnya, Erick juga sempat menyinggung soal kasus korupsi di Garuda Indonesia. Hal ini berkaitan dengan dugaan suap yang dilakukan mantan Dirut Garuda Indonesia Emirsyah Satar pada 2011 dalam pengadaan pesawat CRJ 1000.
"Kami mempertimbangkan tata kelola perusahaan yang baik, transparan, akuntabilitas, dan profesional, di mana melihat keputusan KPK dan Serious Fraud Office (SFO) Inggris terhadap indikasi pidana suap dari pihak pabrikan kepada oknum pimpinan Garuda saat proses pengadaan pesawat CRJ 1000 tahun 2011 lalu. Jadi, poin-poin inilah yang menjadi landasan," ujar Erick.
ADVERTISEMENT
Erick Thohir secara blak-blakan menjelaskan bahwa sejatinya jenis dan spesifikasi pesawat Bombardier CRJ 1000 juga tidak sesuai dengan market Indonesia. Hal ini mengakibatkan kinerja komersial yang tidak optimal.
Gaduh soal Sewa Pesawat Kemahalan, Ini Penjelasan Garuda Indonesia
Manajemen Garuda Indonesia buka suara soal gaduh sewa pesawat kemahalan. Persoalan itu menjadi perhatian Bursa Efek Indonesia. Otoritas bursa meminta penjelasan manajemen mengenai masalah tersebut.
Berdasarkan surat keterbukaan kepada BEI, Garuda menjelaskan harga sewa pesawat Perseroan pada dasarnya didasari oleh nilai sewa yang berlaku di tahun di mana pesawat tersebut diakuisisi dengan mempertimbangkan jangka waktu sewa, tahun pembuatan, dan konfigurasi pesawat.
"Sehingga apabila harga sewa pesawat Perseroan dibandingkan dengan harga sewa yang berlaku di pasar/market saat ini, pasti akan lebih tinggi untuk faktor pembanding yang sama," kata VP Corporate Secretary & Investor Relations, Mitra Piranti, dalam surat keterbukaan kepada BEI yang dikutip kumparan, Kamis (4/11).
ADVERTISEMENT
Menurut Mitra, harga sewa pesawat di pasar akan menurun seiring bertambahnya usia pesawat, kondisi pasar, dan kondisi teknis pesawat tersebut.
Adapun saat ini, kata dia, Garuda Indonesia sedang melakukan renegosiasi sewa pesawat kepada lessor sebagai bagian dari upaya restrukturisasi Perseroan, termasuk menjajaki kemungkinan opsi skema sewa pesawat yang lebih ekonomis dengan memperhatikan kondisi referensi pasar.
BEI kemudian minta penjelasan dari 8 jenis armada pesawat yang disewa Garuda Indonesia, pesawat jenis apa saja yang memiliki biaya sewa lebih tinggi dari harga normal dan bagaimana strategi Perseroan melakukan negosisasi dengan lessor.
Mitra mengatakan, pesawat yang dimiliki Perseroan spesifikasinya disesuaikan dengan perencanaan saat pesawat diakuisisi, yang diharapkan dapat mendorong peningkatan standar pelayanan dalam kaitan dengan pemenuhan standar full-service pada lingkup global.
ADVERTISEMENT
Sementara harga pasar adalah harga yang mengasumsikan pesawat diperoleh dengan spesifikasi standar pabrikan.
"Di samping itu, variasi metode akuisisi beberapa pesawat yang dilakukan oleh Perseroan pada saat itu turut mempengaruhi harga sewa secara keseluruhan," ujarnya.