Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Utang Indonesia Sudah Lebih dari Rp 6.700 Triliun, Kemenkeu Sebut Masih Aman
6 Desember 2021 17:51 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan memastikan utang Indonesia berada dalam posisi aman jika dibandingkan dengan negara lain. Adapun hingga September 2021, total utang pemerintah mencapai Rp 6.711,52 triliun.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu , Febrio Nathan Kacaribu, mengatakan selama pandemi COVID-19 utang Indonesia naik 10 persen. Namun menurut dia kenaikan tersebut masih aman.
Sebab sebelum pandemi COVID-19 terjadi, kata Febrio, Indonesia berhasil menjaga kedisiplinan fiskal. Sehingga tingkat utang bisa tetap terjaga.
"Tidak ada masalah utang kita sekarang. Selama kita menuju ke pandemi, selama bertahun-tahun khususnya mulai 2016, defisit kita selalu di bawah 3 persen, lebih sering di bawah 2 persen dari PDB. Jadi fiskal kita sangat disiplin. Itulah yang membuat rasio utang kita terhadap PDB sangat rendah di 30 persen sebelum pandemi 2019," ujar Febrio dalam webinar Presidensi G20 Manfaat Bagi Indonesia dan Dunia, Senin (6/12).
Febrio menyebut level utang Indonesia termasuk yang terendah di dunia. Bila melihat negara maju, rata-rata utangnya mencapai 80 persen lebih.
ADVERTISEMENT
"Itu adalah salah satu level utang terendah di dunia. Apalagi untuk negara nomor 16 seperti Indonesia. Negara-negara maju rata-rata utangnya sudah di atas 80 persen bahkan ada yang di atas 100 persen dari PDB. Indonesia hanya 30 persen dari PDB sebelum pandemi," tuturnya.
"Itu yang membuat kita sangat aman ketika masuk menghadapi tantangan pandemi. Kita tahu negara harus hadir dalam konteks ini fiskal harus hadir dengan sangat kuat," kata dia.
Dia lantas mencontohkan negara lain yang kenaikan utangnya mencapai 50 persen. Hal itu menyebabkan kondisi krisis di negara tersebut.
"Kenaikan utang kita selama pandemi itu hanya tanda kutip 10 persen dari PDB. Banyak negara, saya kasih contoh Argentina selama pandemi naik utangnya 50 persen dari PDB, makanya sekarang krisis. China pun naiknya tinggi sekali 40 persen, tapi itu termasuk banyak dari non financial corporation-nya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Brasil naiknya tinggi sekali utangnya, makanya krisis sekarang. Turki juga sama. Indonesia hanya naiknya 10 persen. Jadi sekarang kita rasio utangnya di sekitar 40-an dan karena kita melakukan reform baik di belanja atau perpajakan kita akan bisa jaga di level 40 persenan dalam beberapa tahun ke depan terus akan stabil lagi," lanjutnya.
Mulai 2023, kata dia, pemerintah berkomitmen menjaga defisit di 3 persen atau lebih rendah lagi. Sehingga level utang akan sangat terjaga dan sangat displin. "Jadi jangan khawatir utang kita aman," tutupnya.