Vaksinasi COVID-19 Selesai, Pendapatan Holding BUMN Farmasi Turun Jadi Rp 21,5 T

22 Juni 2023 21:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluncuran logo baru Bio Farma Group pada rangkaian HUT 3th Holding BUMN Farmasi di Jakarta, 31 Janauri 2023.. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran logo baru Bio Farma Group pada rangkaian HUT 3th Holding BUMN Farmasi di Jakarta, 31 Janauri 2023.. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Holding BUMN Farmasi memperoleh pendapatan senilai Rp 21,539 triliun sepanjang tahun 2022. Angka tersebut menurun 50,4 persen apabila dibandingkan dengan data tahun 2021.
ADVERTISEMENT
"Pendapatan PT Bio Farma (Persero) secara konsolidasi (holding) mencapai Rp 21,53 triliun di tahun 2022 mengalami penurunan 50,4 persen dari tahun 2021," kata Wakil Direktur Utama PT Bio Farma, Soleh Ayubi, melalui keterangan yang diterima pada Kamis (22/6).
Soleh menyebut, penurunan tersebut seiring turunnya pendapatan yang dialami oleh PT. Bio Farma, selaku induk holding BUMN farmasi. Pada tahun 2022, pendapatan yang diperoleh PT. Bio Farma menurun 63,6 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2021. Hal itu disebut terjadi karena rampungnya program vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan.
"Pendapatan Bio Farma yang mengalami penurunan 63,6 persen dari tahun 2021 atau mencapai Rp 11,02 triliun. Penurunan ini terjadi karena selesainya program vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pendapatan yang diperoleh PT. Kimia Farma juga menurun 25,3 persen pada tahun 2022. Pendapatan menurun sebab belum optimalnya pendapatan e-katalog seperti produk ARV dan penurunan angka kasus harian virus Corona yang berdampak pada pelonggaran syarat perjalanan. Akibat hal itu, pendapatan segmen jasa layanan kesehatan mengalami penurunan.
"Kemudian pendapatan PT.Kimia Farma Tbk juga mengalami penurunan 25,3 persen menjadi sebesar Rp 9,606 triliun dari tahun sebelumnya," papar dia.
"Pada tahun 2022 pendapatan PT. Kimia Farma masih didominasi oleh produk pihak ketiga sebesar Rp 8,40 triliun atau 78,7 persen dari total pendapatan," lanjut dia.
Hal serupa juga dialami oleh PT. Indofarma (INAF) yang mengalami penurunan hingga 60,6 persen. Pada tahun 2022, kontribusi pendapatan terbesar INAF berasal dari produk ethical 46,5 persen, FMCG 37,6 persen, alat kesehatan dan jasa klinik 12,2 persen, OTC 2,1 persen, serta vaksin 1,6 persen.
ADVERTISEMENT
"Anak usaha holding yaitu PT. Indofarma Tbk (INAF) juga mengalami penurunan 60,6 persen untuk pendapatan sebesar Rp 1,144 triliun dari tahun 2021," ungkap dia.
Secara umum, Soleh menambahkan penurunan permintaan vaksin dan alat tes diagnostik COVID-19 sejak pertengahan 2022 menjadi penyebab menurunnya kinerja keuangan perusahaan. Padahal, dua kategori produk tersebut mendominasi kontribusi penjualan selama beberapa tahun terakhir.
"Mulai tahun 2022, kami berkonsolidasi untuk mendorong penjualan produk non Covid agar maksimal dan di tahun ini kami berharap upaya tersebut lebih membuahkan hasil dengan mencetak angka penjualan sebesar Rp 18,23 triliun untuk produk non COVID," kata dia.
Selain itu, Bio Farma Grup akan melakukan perbaikan fundamental di perusahaan untuk dapat menyesuaikan dengan kondisi pasar kesehatan yang berubah diakibatkan oleh perubahan pola konsumsi.
ADVERTISEMENT
"Perubahan tersebut akan dimulai dari bisnis manufaktur sampai ke ritel dan layanan. Bio Farma akan meluncurkan produk-produk baru untuk meningkatkan market share dan juga memperluas cakupan dari layanan dan ritel agar dapat membantu masyarakat mendapatkan akses layanan kesehatan yang terintegrasi," tandas dia.