Vale Hanya Kelola 30 Persen Saham HPAL Pomalaa, Ini Penjelasan Direksi

14 September 2022 20:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lemhannas kunjungi wilayah operasi dan produksi Vale Indonesia di Blok Sorowaku, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Foto: Vale Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Lemhannas kunjungi wilayah operasi dan produksi Vale Indonesia di Blok Sorowaku, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Foto: Vale Indonesia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Vale Indonesia Tbk bekerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou) dalam membangun fasilitas pengolahan di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Kerja sama ini masih dalam proses diskusi rencana pembangunan fasilitas rotary kiln-electric furnace (RKEF) di Pomalaa untuk memanfaatkan bijih saprolit Blok Pomalaa.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 21 Juli 2022, Ford Motor Co. bergabung ke Proyek Pomalaa. Meski demikian, emiten bersandi INCO ini hanya memiliki 30 persen kepemilikan saham dalam proyek tersebut. Sedangkan Huayou memiliki saham 53 persen dan Ford sebesar 17 persen.
“Masing masing partner membawa keunggulan, kami dalam hal pertambangan dan Huayou membawa teknologi dan pengoperasian. Kalau kami tidak menguasai teknologi dan menjadi pengendali juga riskan,” ujar Direktur Keuangan Vale Bernardus Irmanto dalam konferensi pers, Rabu (14/9).
Bernardus menilai keputusan Huayou memiliki saham lebih besar sudah tepat dan menjadi pengendali. Nilai investasi tambang, pabrik, dan fasilitas lainnya diperkirakan senilai USD 4,5 miliar, belum termasuk pabrik pengolahan bijih saprolit yang masih dalam tahap negosiasi.
ADVERTISEMENT
Pabrik yang dibangun akan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang akan memiliki kapasitas produksi tahunan 120.000 ton Nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MSP). Pabrik ini akan memanfaatkan bijih limonit dari Blok Pomalaa yang akan dioperasikan sepenuhnya oleh PT Vale dengan cut-off grade 0,8 persen untuk memaksimalkan konservasi mineral.
PT Vale dan Huayou berkomitmen proyek ini akan dikembangkan tanpa menggunakan batu bara sebagai sumber pembangkit listrik sebagai bentuk komitmen terhadap perubahan iklim.
“Target penyelesaian konstruksi di tahun 2025. PT Vale, Huayou dan Ford sepakat untuk selalu mengedepankan praktek ESG yang baik,” kata Bernardus.
Bernardus mengungkapkan, proyek terintegrasi tambang dan pabrik ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) yang baru diumumkan.
ADVERTISEMENT