Volume Transaksi Bursa Karbon Tembus Rp 36,8 Miliar Sejak Diluncurkan di 2023

23 Juli 2024 14:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Selasa (26/9/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Selasa (26/9/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kemenko Bidang Perekonomian melaporkan transaksi perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) terus meningkat, sejak diluncurkan pada September 2023.
ADVERTISEMENT
Deputi III Bidang Pengembangan Usaha dan BUMN Riset Inovasi Kemenko Perekonomian, Elen Setiadi, mengatakan hingga akhir Juni 2024, nilai transaksi Bursa Karbon mencapai Rp 36,8 miliar dengan volume transaksi sebanyak 609.000 ton CO2 ekuivalen.
"Perdagangan karbon di Bursa Karbon sejak Januari 2024 sampai 30 Juni 2024 tercatat sebesar Rp 5,9 miliar dengan volume perdagangan 114,5 ribu ton CO2 ekuivalen," ungkapnya saat Webinar Perdagangan dan Bursa Karbon, Selasa (23/7).
Elen menambahkan, pemerintah juga sudah meluncurkan emission trading system (ETS) pada sektor pembangkit listrik pada 22 Februari 2023, dengan capaian transaksi perdagangan karbon sebanyak 2,4 juta ton CO2 ekuivalen atau senilai Rp 24 miliar sampai Desember 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif & Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menambahkan hingga 22 Juni 2024 sudah ada tiga proyek didaftarkan dalam Bursa Karbon.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Tiga proyek tersebut yaitu proyek Lahendong Unit 5 dan Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Bumi (PLTGU) Muara Karang, serta proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Mini Hydro (PLTMH) Gunung Wugul.
ADVERTISEMENT
"Dari unit karbon yang tersedia atas proyek-proyek tersebut telah terjadi transaksi yaitu sebesar 609.000 ton CO2 ekuivalen atau senilai Rp 36,8 miliar dengan total frekuensi sebesar 85 kali dan jumlah unit karbon yang telah di-retired sebesar 417.000 ton CO2 ekuivalen," ungkap Inarno.
Inarno juga mencatat pengguna jasa karbon yang telah terdaftar di Bursa Karbon sudah mencapai 68 entitas institusi. Dia menilai, perdagangan unit karbon di Bursa Karbon tersebut menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan jika dibandingkan dengan perkembangan Bursa Karbon di kawasan seperti Malaysia maupun Jepang.
"Tapi tentunya dibandingkan dengan hal tersebut masih tetap kecil dan masih tetap harus perlu upaya-upaya untuk meningkatkan hal tersebut," katanya.