Wall Street Ditutup Anjlok, Didorong Ancaman Resesi AS

6 Agustus 2024 6:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup dengan penurunan tajam pada hari Senin (5/8). Penurunan tajam itu menyebabkan Nasdaq dan S&P 500 masing-masing turun 3 persen karena pasar melanjutkan aksi jual minggu lalu di tengah kekhawatiran resesi AS dan saham Apple turun tajam.
ADVERTISEMENT
Ketiga indeks utama mencatat penurunan persentase tiga hari terbesar sejak Juni 2022, dan Nasdaq dan S&P 500 ditutup pada level terendah sejak awal Mei.
Dikutip dari Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 1.033,99 poin atau 2,6 persen menjadi 38.703,27. S&P 500 turun 160,23 poin atau 3 persen menjadi 5.186,33 dan Nasdaq Composite turun 576,08 poin atau 3,43 persen menjadi 16.200,08.
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
Saham Apple turun tajam 4,8 persen setelah Berkshire Hathaway mengurangi separuh kepemilikan di pembuat iPhone tersebut. Semua 11 sektor S&P 500 turun, dipimpin penurunan di sektor teknologi.
Kekhawatiran resesi mengguncang pasar global dan mendorong investor melepas aset berisiko, menyusul data ekonomi yang lemah minggu lalu termasuk laporan gaji AS yang lemah.
ADVERTISEMENT
Investor khawatir ekonomi kehilangan tenaga lebih cepat dari yang diantisipasi, dan Federal Reserve keliru dengan mempertahankan suku bunga tetap pada pertemuan kebijakan terakhirnya.
Presiden Chicago Fed Austan Goolsbee meremehkan ketakutan akan resesi, tetapi pejabat Fed perlu menyadari perubahan lingkungan untuk menghindari pembatasan suku bunga yang berlebihan.
“Hari ini kita melihat aksi jual sebagai perpanjangan dari kecemasan yang dirasakan pekan lalu,” ujar Neville Javeri, manajer portofolio dan kepala tim Empiric LT Equity di Allspring di Washington.
“Hal ini dimulai dengan rilisnya data pekerjaan pekan lalu, dan hal itu jelas mengarah keyakinan bahwa Fed perlu mulai bersikap lebih proaktif terhadap arah angka pengangguran tersebut,” katanya.
Laporan pekerjaan yang melemah serta aktivitas manufaktur yang menyusut di ekonomi terbesar di dunia ini menambah kekhawatiran menyusul perkiraan yang mengecewakan baru-baru ini dari perusahaan-perusahaan teknologi besar AS.
ADVERTISEMENT
Para pelaku pasar saat ini memprediksi peluang 86 persen bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan kebijakan pada bulan September, dan peluang 14 persen untuk pengurangan sebesar 25 basis poin menurut FedWatch Tool dari CME Group.