Wall Street Ditutup Bervariasi Dipengaruhi Rilis Data Tenaga Kerja AS

5 Desember 2022 6:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street, New York City. Foto: Angela Weiss / AFP
zoom-in-whitePerbesar
New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street, New York City. Foto: Angela Weiss / AFP
ADVERTISEMENT
Indeks Saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup bervariasi pada perdagangan Jumat (2/12), dengan indeks S&P 500 yang mengakhiri sesi sedikit lebih rendah akibat data tenaga kerja AS November yang lebih kuat dari perkiraan. Hal itu memicu ekspektasi The Fed yang akan mempertahankan kenaikan suku bunganya untuk memerangi inflasi.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Reuters, Senin (5/12), Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 34,87 poin atau 0,1 persen menjadi 34.429,88, S&P 500 (.SPX) kehilangan 4,87 poin atau 0,12 persen menjadi 4.071,7 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 20,95 poin atau 0,18 persen menjadi 11.461,50.
Indeks-indeks utama membukukan kenaikan minggu kedua berturut-turut, dengan S&P 500 naik 1,13 persen, Dow naik 0,24 persen dan Nasdaq menguat 2,1 persen.
Laporan pekerjaan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan data penggajian non-pertanian (NFP) naik 263.000 atau di atas ekspektasi 200.000 dan pertumbuhan upah mengalami percepatan, bahkan saat kekhawatiran resesi meningkat. Meski begitu, tingkat pengangguran AS tetap tidak berubah, seperti yang diharapkan sebesar 3,7 persen.
Ahli Strategi Investasi Senior Allspring Global Investment, Brian Jacobsen mengungkapkan bahwa pertumbuhan upah berada dalam tren kenaikan sejak Agustus. "Kita harus melihat tren berbalik arah agar Fed merasa nyaman dengan jeda. Sampai saat itu, mereka akan terus mengurangi jeda," ujar Jacobsen di Menomonee Falls, Wisconsin.
ADVERTISEMENT
Investor juga telah mencari tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja, terutama upah, sebagai pendahulu pendinginan inflasi yang lebih cepat yang akan memungkinkan Fed untuk memperlambat dan akhirnya menghentikan siklus kenaikan suku bunga saat ini.
Selain itu, saham-saham telah menguat di awal pekan usai komentar Ketua Fed Jerome Powell tentang penskalaan kembali kenaikan suku bunga pada awal Desember. Kepala Strategi Investasi CFRA, Sam Stovall mengatakan apabila hal tersebut benar adanya, ia terdorong untuk melihat bagaimana pasar mampu bangkit kembali dari level mereka hari ini.
Menurutnya, ada indikasi lain bahwa pasar mencari setidaknya reli musiman Desember. "Pasar mulai melihat ke seberang lembah dan berkata, 'Oke, setahun dari sekarang Fed kemungkinan akan ditahan dan mempertimbangkan pemotongan suku bunga," kata Stovall di New York.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga akan bertemu pada 13 hingga 14 Desember. Pasalnya, pertemuan terakhir di tahun yang bergejolak yang melihat upaya bank sentral untuk menahan laju inflasi tercepat sejak 1980-an dengan rekor kenaikan suku bunga.
Saham-saham pertumbuhan dan teknologi seperti Apple Inc (AAPL.O) turun 0,34 persen dan Amazon (AMZN.O) turut mengalami turun 1,43 persen. Saham tersebut tertekan oleh kekhawatiran atas kenaikan suku bunga, tetapi mereka mengurangi penurunan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS turun sepanjang hari dari level tertinggi sebelumnya.
Indeks saham pertumbuhan S&P 500 (.IGX) turun 0,29 persen, sedangkan saham teknologi (.SPLRCT) termasuk yang berkinerja terburuk di antara 11 sektor utama S&P 500 dengan penurunan 0,55 persen.
ADVERTISEMENT
Ford Motor Co (F.N) turun 1,56 persen karena penjualan kendaraan yang lebih rendah pada November. Lalu, DoorDash Inc (DASH.N) melemah 3,38 persen setelah RBC menurunkan peringkat saham perusahaan pengiriman makanan tersebut.