Wall Street Ditutup Melemah, Investor Menilai Inflasi AS Dapat Memicu Resesi

17 Oktober 2022 6:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street, New York City. Foto: Brendan McDermid/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street, New York City. Foto: Brendan McDermid/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indeks saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup melemah tajam pada perdagangan, Jumat (14/10). Hal itu seiring pengamatan investor terkait tingkat inflasi yang memburuk, sehingga sinyal resesi ekonomi yang semakin kuat.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Senin (17/10), indeks bursa AS seperti Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 403,89 poin atau 1,34 persen menjadi 29.634,83. S&P 500 (.SPX) kehilangan 86,34 poin atau 2,37 persen menjadi 3.583,07. Nasdaq Composite jatuh 327,76 poin atau 3,08 persen, menjadi 10.321,39 poin.
Di mana pada Kamis (13/10) lalu, data harga konsumen (CPI) menunjukkan inflasi September 2022 tetap tinggi yakni mencapai 8,2 persen secara tahunan (year on year) dan secara bulanan (month on month) sebesar 0,4 persen.
Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan para analis dan ekonom, yang memperkirakan inflasi pada September 2022 hanya akan menyentuh 8,1 persen.
Sehingga hal tersebut, membuat ebagian besar pejabat Fed serentak mengomentari perlunya menaikkan suku bunga. Dalam wawancara dengan Reuters, Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan data inflasi baru-baru ini akan melanjutkan beban, sebesar tiga perempat poin persentase yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
“Daya dorong utama pasar saat ini adalah suku bunga dan inflasi yang lebih tinggi, serta The Fed akan terus menaikkan target Fed Fund lebih tinggi,” kata Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise Financial Troy, Michigan.
Selain itu investor juga masih menunggu laporan keuangan emiten di kuartal III 2022. Analis saat ini memprediksi laba kuartal ketiga untuk perusahaan S&P 500 meningkat hanya 3,6 persen dari tahun 2021, jauh lebih rendah dari lonjakan 11,11 persen pada awal Juli, menurut data Refinitiv.