Wall Street Ditutup Melemah Menjelang Tahun Baru: Tidak Ada Santa Claus Rally

29 Desember 2022 5:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
Indeks utama bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup kompak melemah hingga lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan, Rabu (28/12). Hal tersebut lantaran pada investor masih mempertimbangkan data ekonomi yang beragam, mulai dari meningkatnya kasus COVID-19 di China, dan ketegangan geopolitik menuju tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Kamis (29/12), Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 365,85 poin atau 1,1 persen menjadi 32.875,71; S&P 500 (.SPX) kehilangan 46,03 poin, atau 1,20 persen, pada 3.783,22; dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 139,94 poin, atau 1,35 persen, menjadi 10.213,29.
Dengan dua hari perdagangan tersisa pada tahun 2022, S&P 500 menuju penurunan sekitar 20 persen untuk tahun ini. Sementara Dow mengalami penurunan 9,5 persen, sementara Nasdaq jauh lebih buruk, dengan kecepatan turun 34,7 persen.
Kerugian terbaru bukan pertanda baik, bagi investor yang mengharapkan 'Santa Claus Rally' lainnya, atau istilah Wall Street ketika saham naik dalam lima hari perdagangan terakhir bulan Desember dan dua hari pertama bulan Januari.
"Tidak ada reli Santa tahun ini. The Grinch muncul Desember ini untuk investor," kata Greg Bassuk, kepala eksekutif di AXS Investments di Port Chester, New York.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
Di mana, semua 11 indeks sektor S&P 500 (.SPX) jatuh pada hari Rabu. Saham energi (.SPNY) mengalami kerugian terbesar, yaitu turun lebih dari 2,2 persen karena kekhawatiran atas permintaan di China membebani harga minyak.
Investor telah menilai langkah China untuk membuka kembali ekonominya yang terpukul COVID-19 karena infeksi melonjak.
"Biasanya 'Santa Calus Rally' dipicu oleh harapan faktor yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pasar. Data ekonomi yang negatif dan beragam, kekhawatiran yang lebih besar seputar kemunculan kembali COVID-19 dan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung dan semua itu juga menerjemahkan kebijakan Fed, semuanya menghambat kemunculan (reli) Sinterklas pada akhir tahun ini,” tutur Bassuk.
Seorang wanita berjalan melewati New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street. Foto: Angela Weiss / AFP
Investor berada di tengah-tengah minggu yang sebagian besar sepi dan liburan singkat. Pasar ditutup pada hari Senin untuk mengamati liburan Natal dan tidak ada laporan ekonomi utama yang diharapkan minggu ini.
ADVERTISEMENT
Data baru-baru ini menunjukkan pelonggaran tekanan inflasi telah mendukung harapan kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh The Fed, pasar tenaga kerja yang ketat dan ekonomi Amerika yang tangguh telah memicu kekhawatiran bahwa suku bunga bisa tetap lebih tinggi lebih lama.
Pasar saat ini memperkirakan peluang 69 persen dari kenaikan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Februari 2023 bank sentral AS dan melihat suku bunga memuncak pada 4,94 persen pada paruh pertama tahun depan.