Wall Street Ditutup Melemah, Peluang Suku Bunga Naik hingga Konflik Timur Tengah

23 Oktober 2023 5:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bursa saham Amerika Serikat (AS), wall street, ditutup melemah pada perdagangan, Jumat (20/10). Hal itu karena investor melihat masih adanya peluang kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve (The Fed), dan kekhawatiran konflik Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Senin (23/10), Dow Jones Industrial Average turun 286,89 poin atau 0,86 persen menjadi 33.127,28. S&P 500 kehilangan 53,84 poin atau 1,26 persen menjadi 4.224,16, dan Nasdaq Composite turun 202,37 poin atau 1,53 persen menjadi 12.983,81 poin.
Ketiga indeks saham utama AS melanjutkan penurunan seiring berjalannya sesi, dengan saham teknologi yang sensitif pada suku bunga dan megacaps menarik Nasdaq turun 1,5 persen.
“Sentimen investor cukup negatif, dan kami yakin penting untuk memperkecil dan fokus pada jangka panjang bahkan jangka menengah, dan sebagian besar dari hal ini akan tersingkir,” kata Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird di Louisville.
“Investor sebaiknya memperhatikan hal tersebut seperti halnya peristiwa makro, ketegangan geopolitik," tambah Mayfield.
Jerome Powell Foto: REUTERS/Joshua Roberts
Pelaku pasar juga mencerna pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang membuka kemungkinan kenaikan suku bunga tambahan, sementara pejabat Fed lainnya telah mengisyaratkan bahwa siklus pengetatan akan segera berakhir.
ADVERTISEMENT
“(Investor) mencerna komentar dari Ketua (Fed) Powell dan menempatkan dalam konteks dengan pernyataan pembicara Fed lainnya, yang menyatakan kenaikan imbal hasil Treasury membantu The Fed memperketat kondisinya,” imbuh Tom Hainlin, ahli strategi investasi nasional di Manajemen Kekayaan Bank AS.
“Dan mungkin kecil kemungkinannya bahwa The Fed harus menaikkan suku bunga lebih lanjut,” tambahnya.
Penjualan ritel AS yang kuat pada September mendorong gagasan bahwa The Fed mungkin mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, kata Hainlin. Ketegangan geopolitik mengurangi selera investor ketika Israel menyerang wilayah utara Gaza.