Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Wall Street Ditutup Melonjak, Laba Bank Besar Redam Gejolak Perang Dagang
12 April 2025 7:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Wall Street kembali ditutup menguat pada perdagangan Jumat (11/4) seiring dimulainya musim laporan keuangan kuartal pertama oleh bank-bank besar. Investor akhirnya menutup pekan yang penuh gejolak akibat perang dagang multi-arah yang dipicu oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 619,05 poin atau 1,56 persen ke level 40.212,71. S&P 500 (.SPX) menguat 95,31 poin atau 1,81 persen ke 5.363,36, dan Nasdaq Composite (.IXIC) melonjak 337,15 poin atau 2,06 persen ke 16.724,46.
Ketiga indeks utama AS ditutup menguat tajam setelah Presiden Federal Reserve Boston, Susan Collins, menyampaikan bahwa The Fed siap menjaga kelancaran fungsi pasar keuangan jika diperlukan.
Semua indeks tersebut mencatat kenaikan dibandingkan penutupan Jumat pekan lalu.
Selama satu pekan terakhir ini, pasar saham diguncang oleh keputusan penangguhan tarif untuk produk Eropa dan eskalasi balasan dalam perang dagang antara AS dan China. Salah satu indikator volatilitas yang menonjol adalah rentang antara level tertinggi dan terendah mingguan indeks S&P 500, yang menjadi yang terparah sejak Maret 2020, saat dunia dilanda lockdown pandemi.
ADVERTISEMENT
Indeks S&P 500 dan Dow Jones mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak November 2023, sementara Nasdaq mengalami lonjakan mingguan, tertinggi sejak November 2022.
“Investor sedang berada di tengah tarik-menarik, mencari tanda-tanda positif bahwa ketidakpastian yang selama ini membebani pasar akan mereda,” ujar Greg Bassuk, CEO AXS Investments di New York.
Pemerintah China membalas keputusan Trump yang menaikkan tarif menjadi efektif sebesar 145 persen. Perang dagang ini memicu fluktuasi besar dalam perdagangan harian dan meningkatkan ekspektasi inflasi jangka pendek konsumen ke level tertinggi sejak 1981.
Musim laporan keuangan kuartal pertama dimulai dengan hasil yang cukup baik. JPMorgan Chase, Morgan Stanley, dan Wells Fargo melaporkan laba yang melampaui ekspektasi. Namun, kekhawatiran akan perlambatan ekonomi akibat konflik dagang meredam optimisme di sektor perbankan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, para analis memperkirakan pertumbuhan laba agregat perusahaan dalam indeks S&P 500 sebesar 8,0 persen untuk kuartal pertama, lebih rendah dari proyeksi awal kuartal yang mencapai 12,2 persen, menurut data LSEG.
Data ekonomi terbaru turut menunjukkan bahwa inflasi terus mereda, dengan indeks harga produsen dari Departemen Tenaga Kerja AS secara mengejutkan turun 0,4 persen bulan lalu. Namun, dalam laporan terpisah, sentimen konsumen justru memburuk, dengan ekspektasi inflasi satu tahun naik menjadi 6,7 persen, tertinggi sejak 1981.
Selain pernyataan Collins, Presiden Federal Reserve New York, John Williams, mengatakan bahwa ekonomi AS tidak sedang menuju periode inflasi tinggi dan pertumbuhan rendah (stagflasi), dan The Fed akan bertindak untuk mencegahnya.
Seluruh 11 sektor utama dalam indeks S&P 500 ditutup di zona hijau, dengan sektor material dan teknologi mencatatkan kenaikan persentase tertinggi.
ADVERTISEMENT
Jumlah saham naik mengungguli saham turun dengan rasio 2,47 banding 1 di NYSE. Terdapat 60 saham mencetak level tertinggi baru dan 341 saham menyentuh level terendah di NYSE.
Sementara itu, di Nasdaq, sebanyak 2.948 saham menguat dan 1.467 melemah, dengan rasio saham naik terhadap turun sebesar 2,01 banding 1.
Indeks S&P 500 mencetak satu level tertinggi baru dalam 52 minggu dan lima titik terendah, sedangkan Nasdaq mencatatkan 21 tertinggi baru dan 147 titik terendah.
Volume perdagangan di bursa AS mencapai 19,19 miliar saham, dibandingkan rata-rata sesi penuh 20 hari terakhir sebesar 18,74 miliar saham.