Wall Street Ditutup Menguat, Kekhawatiran Investor soal Resesi AS Meredah

19 Agustus 2024 6:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indeks utama saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, menguat pada penutupan perdagangan Jumat (16/8). Saham global tercatat lebih tinggi pada hari Jumat setelah data perekonomian AS menunjukkan hasil yang positif, sehingga meredakan kekhawatiran adanya resesi di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) berakhir naik sekitar 0,25 persen, sedangkan S&P 500 (.SPX) naik 0,2 persen, dan Nasdaq Composite (.IXIC) berakhir meningkat 0,2 persen.
Kenaikan juga terjadi pada Indeks saham utama dunia MSCI (.MIWO00000PUS) yang berakhir meningkat 0,5 persen. Hasil ini memulihkan gejolak pasar pada minggu lalu yang disebabkan oleh ketakutan resesi AS dan perputaran nilai tukar mata uang asing.
Indeks STOXX 600 pan-Eropa (.STOXX) berakhir naik 0,3 persen pada hari Jumat, angka ini masih berada di level tertinggi dalam dua minggu dan mencatatkan minggu terbaik sejak 6 Mei yang naik 2,4 persen.
Sementara itu, Indeks volatilitas saham VIX AS (.VIX) berada pada level yang aman di sekitar 15 setelah mencapai level tertinggi dalam empat tahun di 65 pada awal pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Adapun perubahan signifikan pada sentimen pasar terjadi setelah serangkaian data AS minggu ini menunjukkan inflasi moderat dan belanja ritel kuat. Hal ini membuat narasi pasar beralih dari kekhawatiran resesi, yang dipicu oleh lemahnya laporan pekerjaan AS pada awal Agustus, sedangkan perekonomian diyakini dapat terus tumbuh.
Data inflasi yang lebih rendah juga memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS pada bulan September.
Pada hari Jumat, sebuah survei menunjukkan bahwa sentimen konsumen AS meningkat pada bulan Agustus, didorong oleh perkembangan pemilihan presiden AS, sementara ekspektasi inflasi tetap tidak berubah selama tahun depan dan seterusnya.
Ahli Strategi Wells Fargo Investment Institute Scott Wren mengatakan, saham-saham bereaksi terhadap berbagai kemungkinan, meskipun perekonomian sedang melambat, kemungkinan terjadinya resesi rendah dan perkiraan pendapatan meningkat.
ADVERTISEMENT
“Pertumbuhan yang moderat dengan inflasi yang moderat adalah lingkungan yang baik untuk saham dan obligasi,” kata Wren.
Sedangkan Manajer dana multi-aset Invesco David Aujla mengatakan AS tidak mungkin mengalami resesi. Namun pasar kemungkinan akan lebih bergejolak hingga akhir tahun ini khususnya menjelang pemilihan presiden AS pada bulan November.
Imbal hasil Treasury AS yang lebih rendah pada hari Jumat sebagian membatalkan lonjakan di sesi sebelumnya. Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun turun 4 basis poin menjadi 3,883 persen.
Di Asia, rata-rata saham Nikkei Jepang naik 3,6 persen pada hari Jumat dan mencatat minggu terbaiknya dalam lebih dari empat tahun, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,9 persen.
Saham-saham Jepang menguat ini terjadi setelah penurunan suku bunga Bank of Japan yang mengejutkan membuat yen melonjak terhadap dolar hingga mengganggu perdagangan saham yang didanai yen.
ADVERTISEMENT