Wall Street Ditutup Menguat, S&P 500 Cetak Rekor Dua Hari Berturut-turut

20 Februari 2025 6:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street berakhir sedikit lebih tinggi pada Rabu (19/2). Dengan S&P 500 mencatat penutupan tertinggi sepanjang masa untuk kedua kalinya secara berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Investor mencermati risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve (The Fed) bulan Januari, serta mencerna rencana tarif Presiden AS Donald Trump. Ketiga indeks utama Wall Street mencatat kenaikan pada hari itu.
Mengutip Reuters, rata-rata Industri Dow Jones (.DJI) naik 71,25 poin atau 0,16 persen menjadi 44.627,59. S&P 500 (.SPX) menguat 14,57 poin atau 0,24 persen ke level 6.144,15, sementara Nasdaq Composite (.IXIC) naik tipis 14,99 poin atau 0,07 persen menjadi 20.056,25.
Dalam pertemuan kebijakan Januari, The Fed tidak mengubah suku bunga acuannya. Risalah rapat menunjukkan para pembuat kebijakan mengungkapkan kekhawatiran terhadap inflasi yang masih tinggi, serta potensi dampak dari kebijakan tarif yang diusulkan Trump terhadap upaya mereka menekan pertumbuhan harga agar sesuai target.
ADVERTISEMENT
Penasihat Senior sekaligus Ahli Strategi Pasar Murphy, Paul Nolte, mengatakan ada beberapa diskusi (dalam notulen) bahwa mungkin akan ada perlambatan ekonomi di masa mendatang. Hal itu membuat investor berpikir The Fed dapat memangkas suku bunga.
“Yang dimaksud adalah, (The Fed) tidak bersedia melakukan apa pun hingga mereka memperoleh sedikit kejelasan mengenai seperti apa tarifnya. Jadi dari perspektif itu (yang harus dilakukan) adalah menunggu dan melihat,” kata Nolte.
Di samping itu, Trump mengumumkan pada Selasa bahwa ia akan mengenakan tarif sekitar 25 persen pada sektor otomotif, semikonduktor, dan farmasi. Kebijakan ini menjadi bagian dari serangkaian tindakan yang memicu kekhawatiran akan dampak perang dagang global.
"Saya pikir orang-orang mulai melihatnya sebagai alat tawar-menawar atau gertakan, lebih banyak gonggongan daripada serangan," ujar Nolte.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pembangunan perumahan anjlok 9,8 persen pada Januari. Penurunan ini disebabkan oleh lemahnya permintaan, meningkatnya suku bunga hipotek, serta cuaca dingin yang tidak biasa.
Saham sektor perumahan (.HGX) menjadi salah satu yang berkinerja buruk, turun 1,5 persen pada perdagangan hari itu.