Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1

ADVERTISEMENT
Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Selasa (22/4) setelah aksi jual besar-besaran sehari sebelumnya. Penguatan itu juga dipengaruhi oleh investor yang kembali fokus pada laporan keuangan perusahaan.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 1.016,57 poin atau 2,66 persen menjadi 39.186,98. Indeks S&P 500 (.SPX) naik 129,56 poin atau 2,51 persen menjadi 5.287,76, dan Nasdaq Composite (.IXIC) naik 429,52 poin atau 2,71 persen menjadi 16.300,42.
Sementara itu, dolar AS menguat setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam pertemuan tertutup menyatakan keyakinannya bahwa ketegangan perdagangan antara AS dan China akan mereda.
Kemudian, indeks dolar AS, yang mengukur nilai tukar dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,6 persen menjadi 98,937 setelah sehari sebelumnya sempat menyentuh 97,923, level terendah sejak Maret 2022.
Dolar juga naik 0,42 persen terhadap yen menjadi 141,470, setelah sebelumnya turun di bawah level psikologis 140 untuk pertama kalinya sejak pertengahan September.
ADVERTISEMENT
Saham-saham raksasa teknologi naik tajam, termasuk Apple yang naik 3,4 persen. Saham Tesla juga sedikit menguat dalam perdagangan setelah jam pasar setelah perusahaan melaporkan margin laba kotor kuartal pertama yang melebihi perkiraan analis, meski pendapatan kuartalan masih di bawah ekspektasi.
Menkeu AS Bessent menggambarkan bahwa negosiasi mendatang dengan Beijing akan menjadi sebuah “perjuangan” yang bahkan belum dimulai, menurut seseorang yang hadir dalam presentasi tertutupnya kepada para investor di konferensi JP Morgan.
Sementara itu, kepercayaan investor sempat terguncang oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump di berbagai sektor, yang dikhawatirkan dapat mengganggu perdagangan dunia dan merugikan perekonomian.
Dana Moneter Internasional atau The International Monetary Fund (IMF) pada hari Selasa (22/4) memangkas proyeksi pertumbuhan untuk Amerika Serikat, China, dan sebagian besar negara lainnya, dengan alasan dampak dari tarif AS yang saat ini berada pada tingkat tertinggi dalam 100 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Pada hari yang sama, investor juga pada masih mencermati kritik Presiden AS Donald Trump terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Trump pekan ini mengkritik Powell karena tidak menurunkan suku bunga, yang menimbulkan kekhawatiran tentang pengaruh presiden terhadap bank sentral dan stabilitas ekonomi AS.
Trump mengatakan pekan lalu bahwa ia yakin Powell akan mengundurkan diri jika diminta olehnya, meskipun Powell sendiri menyatakan tidak akan melakukannya. Tidak jelas apakah Trump memiliki wewenang untuk memecat Powell, meski beberapa gugatan hukum terkait pemecatan lain oleh Trump saat ini sedang diperhatikan sebagai kemungkinan preseden.
Sementara itu, musim laporan keuangan kuartal pertama perusahaan-perusahaan AS semakin aktif. Saham konglomerat industri 3M Co naik 8,1 persen setelah mengungguli ekspektasi laba kuartal pertama, meskipun perusahaan menyatakan tarif kemungkinan akan berdampak pada laba 2025.
ADVERTISEMENT
Dalam pasar saham, “secara keseluruhan, trennya menurun, tapi bukan berarti investor panik dan menjual semua. Orang-orang masih mencari peluang dan sektor-sektor bernilai,” kata Oliver Pursche, wakil presiden senior dan penasihat di Wealthspire Advisors, Westport, Connecticut.
“Semua indikator ekonomi lunak memang melemah, tapi data ekonomi yang bersifat nyata masih kuat. Ini yang membuat investor berada di tengah-tengah,” tambahnya.
Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa independensi kebijakan moneter The Fed adalah hal mendasar dan kunci bagi tercapainya hasil ekonomi yang lebih baik.
Kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan Trump dapat menyebabkan perlambatan ekonomi AS mendorong permintaan terhadap obligasi pemerintah AS.
Imbal hasil obligasi 10 tahun terakhir tercatat di level 4,391 persen, sekitar satu setengah basis poin lebih rendah dari hari Senin (21/4).
ADVERTISEMENT