Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
11 Ramadhan 1446 HSelasa, 11 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Indeks utama saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street ditutup anjlok pada perdagangan Senin (10/3). Hal itu terjadi akibat ketegangan tarif yang terus berlanjut dan meningkatnya kecemasan terhadap kemungkinan penutupan pemerintah federal. Kondisi tersebut memicu kekhawatiran bahwa ekonomi AS dapat terjerumus ke dalam resesi .
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Industri Dow Jones (.DJI) turun 890,01 poin atau 2,08 persen menjadi 41.911,71. S&P 500 (.SPX) kehilangan 155,64 poin atau 2,70 persen ke level 5.614,56. Sementara Nasdaq Composite (.IXIC) merosot 727,90 poin atau 4,00 persen menjadi 17.468,32.
Aksi jual tajam yang terjadi pada pekan sebelumnya kembali berulang dan semakin menguat sepanjang sesi perdagangan, menyebabkan ketiga indeks utama AS mencatatkan penurunan signifikan.
S&P 500 mencatat penurunan satu hari terbesar sejak 18 Desember. Sementara Nasdaq, yang didominasi saham teknologi merosot 4,0 persen, penurunan harian terburuk sejak September 2022.
Pada Kamis, Nasdaq resmi memasuki fase koreksi setelah turun lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya yang tercapai pada 19 Desember. Indeks S&P 500 juga ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 harinya, sebuah level support krusial untuk pertama kalinya sejak November 2023.
ADVERTISEMENT
"Ini memang penurunan signifikan dalam satu hari, tetapi masih dalam batas normal untuk pasar saham," kata Tom Hainlin, Ahli Strategi Investasi Nasional di US Bank Wealth Management, Minneapolis.
"Kekhawatiran meningkat, investor mulai menarik diri, tetapi belum terlihat tanda-tanda perlambatan pertumbuhan dalam data ekonomi,” imbuhnya.
Sementara itu, HSBC menurunkan peringkat saham AS dengan alasan ketidakpastian terkait tarif. Jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom juga mencerminkan meningkatnya risiko resesi di AS, Kanada, dan Meksiko.
Saham teknologi mengalami tekanan akibat menguatnya yen Jepang dan lonjakan imbal hasil obligasi negara. Investor mulai melepas perdagangan yen karena ekspektasi kenaikan suku bunga di Jepang.
Perdagangan carry trade, di mana investor meminjam yen dengan biaya rendah untuk berinvestasi di aset dengan imbal hasil lebih tinggi mulai melemah. Hal ini berdampak pada saham-saham teknologi, termasuk kelompok Magnificent 7, yang terdiri dari raksasa teknologi berbasis kecerdasan buatan.
ADVERTISEMENT
"Jika ingin memahami apa yang terjadi di pasar AS, jangan hanya melihat tarif, tapi juga pergerakan imbal hasil obligasi Jepang," kata Thomas Hayes, Ketua Great Hill Capital di New York.
"Perdagangan carry sedang menurun, dan uang panas itu banyak tertanam di Magnificent 7. Itulah sebabnya saham teknologi turun,” tambah Hayes.
Di tengah gejolak pasar, para legislator di Capitol Hill berjuang untuk meloloskan rancangan undang-undang pengeluaran guna mencegah penutupan pemerintah.
Sementara itu, tarif pembalasan Tiongkok terhadap impor tertentu dari AS mulai berlaku pada Senin. Di sisi lain, tarif baru AS terhadap logam dasar tertentu diperkirakan akan diterapkan pada akhir pekan ini.