Wall Street Tertekan Imbas dari Krisis Turki

13 Agustus 2018 7:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau disebut Wall Street melemah pada penutupan perdagangan pekan lalu. Hal ini disebabkan adanya krisis ekonomi di Turki sehingga menyeret saham bank dan memicu investor ke luar dari sejumlah saham.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Senin (13/8), indeks saham Dow Jones (DJIA) melemah 196,09 poin atau 0,77 persen ke posisi 25.313,14. Indeks saham S&P 500 (SPX) merosot 20,3 poin atau 0,71 persen ke posisi 2.833,28. Indeks saham Nasdaq (IXIC) tergelincir 52,67 poin atau 0,67 persen ke posisi 7.839,11.
Selama pekan lalu, indeks saham Dow Jones turun 0,6 persen, indeks saham S&P 500 tergelincir 0,3 persen. Indeks saham Nasdaq naik 0,3 persen didorong kenaikan saham teknologi.
Indeks saham Dow Jones dan S&P 500 membukukan penurunan pada pekan ini usai menguat dalam lima minggu. Akan tetapi, indeks saham S&P 500 tetap hanya 1,4 persen di bawah rekor tertinggi itu sejak 26 Januari. Saham teknologi yang tertekan bebani Wall Street menjelang akhir pekan ini.
ADVERTISEMENT
Indeks saham teknologi S&P 500 pun tergelincir 0,8 persen dengan saham Intel susut 2,6 persen usaia Goldman Sachs menurunkan peringkat saham menjadi sell atau jual.
Saham Microchip Technology turun 10,9 persen usai perkiraan pendapatan kuartal II mengecewakan. Mata uang lira Turki tertekan usai Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif untuk baja dan aluminium yang diimpor dari negara tersebut.
Investor melarikan diri ke aset yang aman atau safe haven sehingga mendorong dolar AS lebih tinggi dan bebani obligasi AS.
“Ini risiko klasik. Ada kekhawatiran penurunan lebih lanjut. Khawatir tentang dampak di Eropa, dan kehilangan karena imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun turun,” ujar Chief Market Strategist Prudential Financial, Quincy Krosby.
ADVERTISEMENT
Sejumlah saham bank pun tertekan. Saham Citigroup melemah 2,4 persen. Saham JP Morgan, Wells Fargo, dan Bank of America pun tergelincir.
“Setiap kali ada pergerakan mata uang, sektor keuangan cenderung berisiko menurun,” ujar Managing Partner Harris Financial Group, Jamie Cox.
Saham yang sensitif terhadap perdagangan juga menurun termasuk saham Boeing, 3M, dan Caterpillar yang juga turun 1 persen. Sedangkan saham Tesla naik 0,9 persen.
Jumlah saham Tesla yang terjual dalam jangka pendek dan sekarang lebih tinggi, sebelum CEO Tesla Elon Musk mengusulkan untuk mengubah status perusahan Tesla menjadi tertutup.
Adapun data ekonomi yang keluar pada pekan in menunjukkan inflasi di AS pada Juli naik dan trennya terus menguat.
Volume perdagangan saham di Wall Street tercatat mencapai 6,7 miliar saham. Angka ini di atas rata-rata sebanyak 6,4 miliar saham dalam rata-rata 20 hari perdagangan saham.
ADVERTISEMENT