Wall Street Waspadai Kenaikan Suku Bunga Fed, Diprediksi Ini yang Terakhir

18 September 2023 6:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street mewaspadai kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) yang diprediksi terakhir setelah kenaikan beruntun sejak beberapa bulan terakhir. Kenaikan suku bunga Fed biasanya jadi momentum untuk mengoleksi saham, tapi karena prospek perekonomian tidak menentu, investor pasar modal ikut was-was.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Senin (18/9), banyak investor percaya pembuat kebijakan kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut, sehingga siklus pengetatan kebijakan moneter yang paling agresif berakhir dalam beberapa dekade terakhir.
Jika proyeksi mereka benar, maka investor pasar modal bisa dapat keuntungan. Setelah enam periode pengetatan kredit The Fed berakhir, S&P 500 rata-rata naik 13 persen dari kenaikan suku bunga terakhir hingga siklus berikutnya, berdasarkan analisis firma riset keuangan CFRA.
Namun, investor yang berpandangan bearish menyebut hal ini menjadi masalah waktu saja sebelum suku bunga lebih tinggi akan memperketat kondisi perekonomian dan menyebabkan penurunan. S&P 500 telah naik lebih dari 16 persen tahun ini, yang sebagian ditopang perekonomian AS yang tetap tangguh dalam menghadapi suku bunga lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
“Pasar mungkin akan sedikit bersemangat jika siklus kenaikan suku bunga terakhir,” ujar Brent Schutte kepala investasi di Northwestern Mutual Wealth Management Company.
Ilustrasi investasi saham. Foto: Mahardika Argha/Shutterstock
“Saya tidak berpikir perekonomian akan terhindar dari resesi dan hal tersebut akan menentukan arah pergerakan saham,” kata Schutte, di mana perusahaannya lebih memilih pendapatan tetap.
Meskipun sebagian besar investor yakin resesi tidak mungkin terjadi pada tahun 2023, perlambatan tahun depan masih mungkin terjadi pada pasar. Salah satu sinyal resesi yang mengkhawatirkan yaitu kurva imbal hasil Treasury yang terbalik, sebuah fenomena pasar yang mendahului penurunan di masa lalu.
The Fed akan memberi pernyataan kebijakan pada hari Rabu, dengan peluang 97 persen bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga tidak berubah, menurut CME FedWatch Tool. Para pedagang melihat sekitar dua dari tiga kesempatan The Fed mempertahankan suku bunga pada bulan November, berdasarkan data CME.
ADVERTISEMENT
Namun, beberapa investor melihat adanya tantangan bagi pasar saham meskipun The Fed sudah melakukan kenaikan suku bunga. Analis di Oxford Economics memprediksi penurunan pendapatan global, ditandai saham biasanya menghasilkan ‘keuntungan jauh lebih lemah setelah kenaikan suku bunga The Fed terakhir yang bertepatan dengan penurunan EPS’.